"Teruntuk batin yang kuat ya, ingat kamu punya tujuan." – Nalaka
"NALAKA CEMPAKA BUMI, X MIPA 3 KE RUANG BK SEKARANG!!!"
"PANGGILAN KEDUA UNTUK NALAKA CEMPAKA BUMI!"
"PANGGILAN TERAKHIR! NALAKA CEMPAKA BUMI KE RUANG BK SEKARANG!!"
Suara tegas milik Pak Lembayung menggema di seluruh koridor sekolah. Nama Nala disebut berkali-kali. Meski sudah sering masuk ruang BK namun baru pertama kali nama Nala dipanggil menggunakan microphone.
"Nal, masalah apa lagi?" tanya Dara sembari menguncir rambutnya.
Nala mengedikkan bahu tak peduli. "Gue ke BK dulu."
"Mau ditemenin nggak, Nal?" tanya Lena khawatir.
"Gue sendiri aja," balas Nala kemudian meninggalkan ruang kelasnya.
Dari koridor atas Nala bisa melihat Raga yang latihan futsal. Rasa-rasanya cowok itu sudah latihan berjam-jam. Senyum tipis terbit di bibir semerah cherry milik Nala, memperhatikan Raga membuat jantungnya selalu berdebar tak karuan. Mungkin kemarin-kemarin Nala hanya penasaran dengan Raga tapi sekarang Nala akui kalau dia memang menyukai cowok itu.
Sesampai di ruang BK, Nala bisa melihat Dania duduk di depan meja Pak Lembayung. Dengan memutar bola mata jengah, Nala masuk dan ikut duduk di samping Dania.
"Nalaka, kami para guru-guru sudah memperingatkan kamu berkali-kali. Kapan kamu sadar? Aksi pembullyan itu sangat fatal. Bahaya untuk korban kamu! Miris, saya sama sekolah ini, hanya demi mendapatkan donatur besar kepala sekolah masih tetap mempertahankan siswa kayak kamu," cerocos Pak Lembayung.
"Ya udah, Bapak nggak usah jadi guru di sekolah ini kalau bapak miris," lawan Nala santai.
"Kamu ini bisanya ngelawan, yah!"
Nala membalas tatapan Pak Lembayung tanpa rasa takut. "Saya bisa jamin kalau saya nggak bersalah, Pak. Gini deh, saya mau nanya tindakan memfoto orang diam-diam bisa dibenarkan, nggak?"
"Ya, jelas tidak," jawab Pak Lembayung cepat.
"Murid di samping saya ini ngelakuin itu Pak." Nala melirik Dania dengan tajam.
"Kamu ini, sudah salah malah nyalahin orang lagi. Mau jadi tukang fitnah kamu?!" omel Pak Lembayung.
Nala menghela napas pasrah. "Terserah deh, kalau nggak percaya."
TOK!
TOK!
Suara ketukan pintu membuat ketiga manusia di dalam ruangan sempit itu menoleh. "Masuk!" titah Pak Lembayung.
"Assalamualaikum, Pak." Suara baritone nan tegas itu berasal dari Genta, si ketua osis kesayangan semua guru.
"Waalaikumsalam, ada apa Genta?" tanya Pak Lembayung, nada suaranya berbeda saat berbicara pada Nala.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGNALA
Teen Fiction[Jangan lupa follow sebelum membaca] Ini tentang Dia Raga Semesta. Cowok dengan julukan kulkas berjalan yang memiliki pahatan wajah hampir sempurna. Juga tentang Nalaka Cempaka Bumi, yang jatuh cinta terlalu cepat pada Raga. Nala pernah berharap jik...