"Ada rapuh yang harus tetap tertata rapi." – Nalaka.
"BRENGSEK."
"GUE BRENGSEK," bentak Kenzo pada dirinya sendiri.
Dia menampar pipinya berkali-kali. Kenzo sadar perbuatannya pada Nala sangat keterlaluan, seharusnya dia tidak bertindak seperti itu pada Nala.
"Lo kenapa sih, Ken?" tanya Arsan.
"ARGGHTT!!" Kenzo menjambak rambutnya dengan gusar. "Seharusnya gue nggak ngebentak Nala."
"Yang lo lakuin udah bener, Ken. Nala sekali-kali emang harus ditegur, kebiasaan dia berbuat sesuka hati, karena dia sahabatnya yang kena batunya," balas Arsan tak habis pikir.
Kenzo terdiam, yang dikatakan Arsan ada benarnya juga. Namun, seumur-umur Kenzo tak pernah kepikiran untuk bertindak kasar pada Nala. Mau bagaimana pun Nala adalah adik sepupunya yang harus dia jaga dan patut untuk diberi kasih sayang.
"Lo mau kemana?" tanya Arsan melihat Kenzo beranjak.
"Cari Nala."
"Ken, nggak usah terlalu dimanjain lah. Biarin Nala intropeksi diri," ujar Arsan menahan Kenzo.
Dari depan pintu UKS, Arsan dan Kenzo melihat Raga yang baru datang. Mereka sampai lupa ternyata sedari tadi Raga tidak ada di sana. "Lo dari mana?" tanya Arsan pada Raga.
"Toilet," jawab Raga bohong.
Raga memperhatikan gerak-gerik Kenzo yang panik. "Kenapa, Ken?" tanya Raga.
"Gue boleh pinjem HP lo?"
"Untuk?"
"HP gue lowbat, gue mau hubungin Nala."
Raga mengangguk lalu menyerahkan ponselnya pada Kenzo. "Tapi gue nggak punya nomor dia," ujar Raga.
"Gue hapal kok. Thanks ya." Kenzo kemudian mengetikkan satu-persatu digit nomor WhatsApp Nala.
Dua kali percobaan, tak ada tanda-tanda bahwa Nala akan mengangkat telepon. Lagi-lagi Kenzo mencoba hingga terdengar suara wanita. Akhirnya Kenzo bisa bernapas lega. Tak bisa dipungkiri perkara gadis itu, Kenzo akan selalu khawatir. Nala itu gadis lemah berkedok kuat.
"Halo?" Suara Nala.
"Lo, di mana?"
"Masih di bumi."
"Nal, jangan bercanda!! Bilang sama gue lo di mana?"
Tak menjawab pertanyaan Kenzo, Nala malah mengalihkan pembahasan. "Keadaan Pilar gimana?"
"Dia udah sadar."
"Gue ke sana." Setelah itu, Nala memutuskan sambungan telepon secara sepihak.
"Ini anak di mana sih," gumam Kenzo, kemudian mengembalikan benda pipih milik Raga.
Sejujurnya Raga ingin menjawab pertanyaan Kenzo, secara dia baru saja bertemu dengan Nala di rooftop. Namun, bukan Raga jika tidak gengsi. Di mata cowok itu, reputasi adalah segalanya. Dia tidak ingin teman-temannya meledek dengan sesuatu yang bukan faktanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGNALA
Teen Fiction[Jangan lupa follow sebelum membaca] Ini tentang Dia Raga Semesta. Cowok dengan julukan kulkas berjalan yang memiliki pahatan wajah hampir sempurna. Juga tentang Nalaka Cempaka Bumi, yang jatuh cinta terlalu cepat pada Raga. Nala pernah berharap jik...