[41] Dia Sebenarnya Kenapa?

8.7K 649 60
                                    

"Aku kira aku sudah sangat mengenalmu, ternyata tidak? Kamu tetap menjadi orang asing, meski orang-orang sudah tahu jika kamu milikku." – Nalaka.

Pagi-pagi Nala dihebohkan dengan suara Mamanya yang mengetuk pintu kamar tanpa jeda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi-pagi Nala dihebohkan dengan suara Mamanya yang mengetuk pintu kamar tanpa jeda. Nala mendengus pelan, tak biasanya Mamanya terlalu antusias seperti ini. Dengan seragam yang sudah rapi dan surai yang dikuncir satu, Nala bergerak memutar gagang pintu dan mendapati Mamanya dengan senyum merekah.

Mengernyit heran pada Dian yang tersenyum sumringah. "Ada apa nih? Pagi-pagi udah cengar-cengir aja Mama aku," tukas Nala memicingkan mata.

"Cie cie cie, rapi amat anak gadis. Karena mau dijemput pangeran yah?" tanya Dian dengan nada menggoda usil, membuat Nala semakin mengerutkan keningnya.

"Apaan sih, Mama?" tanya Nala, dia sungguh tak paham kenapa Dian seperti itu.

Melihat mimik wajah Nala yang serius, Dian akhirnya paham jika anaknya benar-benar tak tahu apa-apa. "Kamu serius nggak tau?" tanya Dian memastikan.

"Tau apa, Mama?" Nala menanggapi dengan sabar, Mamanya terlalu bertele-tele.

"Raga dibawah nungguin, katanya mau jemput princess," jawab Dian kembali tersenyum

Seketika Nala melotot, secara Raga tak mengatakan apa pun padanya. "Kok tiba-tiba?" gumam Nala, lalu beranjak ke tangga. Benar saja Raga sudah ada diruang tamu dengan jaket denim kebesarannya yang melekat membalut tubuh atletis itu.

"Hai," sapa Nala malu-malu. Entah sejak kapan Nala salah tingkah setiap menatap Raga. Saat Raga mengatakan perasaannya dan saat Raga memintanya untuk menjadikannya pacar, sejak saat itu pula Nala tak berani menatap Raga. Bukan karena takut, tapi karena tak kuat menahan debaran jantungnya.

Cowok itu menoleh, lalu membalas sapaan lembut dari gadisnya dengan senyum manis, semanis gulali. "Gawat, Nal!" ujar Raga, wajahnya datar memberi kesan serius.

Tatapan Nala berubah gugup membalas manik mata Raga yang tak lepas darinya. "Kenapa, Rag?" tanya Nala panik.

Raga bangkit dari duduknya lalu melangkah mendekati Nala bersamaan dengan gadis itu menghentikan langkahnya. Tangan Raga terangkat hingga menyentuh benda yang mengikat erat surai Nala lalu menariknya dengan sekali gerakan, membuat rambut Nala yang sehat terurai. "Semakin kesini, semakin cinta sama Nalaka," ujar Raga tenang.

Sialan, cowok itu membuat jantung Nala lagi-lagi bekerja lebih cepat. "Ish, gombal!" cibir Nala memutar bola matanya sebagai pertahanan diri agar tidak terlihat salah tingkah.

"EKHM!" Dian sengaja berdehem keras, agar kehadirannya dianggap disana. Nala dan Raga menoleh bersamaan. "Ada Mama loh disini," lanjutnya sembari memainkan bola matanya.

"Hehe, Raga sih," ujar Nala cengengsan.

"Kita berangkat yah, Tan," pamit Raga mendekati Dian, lalu menyalim dengan lembut tangan lentik wanita paruh bayah itu.

RAGNALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang