"Aku adalah manusia yang setiap malam berusaha meyakinkan diri, jika besok akan baik-baik saja meski sudah tertebak jauh-jauh hari." – Nalaka.
Manik mata Kenzo menajam mendapati Raga yang duduk dikursi penonton. Dia berjalan ke arah Raga di ikuti Arsan disampingnya. Tiba disana Kenzo dan Arsan duduk dengan posisi Raga berada ditengah.
"Nggak capek berantem mulu?" tanya Kenzo.
Raga menoleh, memerhatikan cara pandang Kenzo yang terlihat serius. "Dia pantes gue kasih pelajaran," jawab Raga dingin lalu memalingkan wajahnya.
"Rag, bahkan orang sebaik Genta lo juga musuhin." Kenzo menggeleng tak percaya.
"Ken," tegur Arsan yang memahami perubahan suasana yang mencekam.
"Genta senior kita lo, Rag. Nggak sepantesnya lo kayak gitu!" tukas Kenzo berusaha menyadarkan Raga. Sebenarnya dia tidak bermaksud apa-apa, tapi menurutnya Raga sudah terlalu keras dan sepantasnya sebagai seorang teman saling mengingatkan.
"Gue nggak suka dimaki-maki." Raga menatap Kenzo. "Jadi menurut lo, ketika gue dimaki-maki sama senior, gue harus terima-terima aja?" Raga melayangkan pertanyaan membuat Kenzo bungkam sejenak.
"Semakin kesini, semakin gue sadar. Nggak seharusnya gue dukung lo sama Nala, bahaya buat karakter dia ke depannya. Sepupu gue butuh sosok yang bisa buat dia berubah dari wataknya yang kasar, kalau dia sama lo bisa makin rusak dia."
Perkataan Kenzo berhasil memancing emosi Raga untuk meluap. Raga bangkit dari duduknya lalu menarik kerah baju Kenzo hingga cowok itu ikut berdiri. Arsan yang melihat itu turut bangkit dan berusaha memisahkan mereka.
"Kalian apa-apaan sih!" tukas Arsan berusaha melepas cekalan Raga di kerah baju Kenzo.
Semakin ingin dipisahkan, Raga semakin mencengkeram baju Kenzo. "BISA NGGAK SEHARI AJA NGGAK USAH BAHAS DIA, GUE MUAK!" teriak Raga tepat di wajah Kenzo.
Kenzo tertawa sinis. "Kenapa? Baru nyesel sekarang, percuma!" Kenzo melepas dua tangan Raga dengan kuat hingga cengkeraman itu terlepas.
"Emang paling bener kalau Nala sama Genta, bukan sama lo," ujar Kenzo sembari merapikan seragamnya. "Lo itu cuman menang tampang doang."
Raga yang sedari tadi hanya mengepalkan tangan berusaha untuk tidak meluap pada Kenzo. Dia masih waras untuk tidak memukuli sahabatnya sendiri. "Ken, lo kenapa sih?" tanya Raga berusaha sabar.
"Halah, bacot lo nanya gue kenapa. Sadar diri dong, lo itu penyiksa batin yang handal, nggak usah nanya-nanya keadaan orang!"
"Kenapa sih ini anak?" Arsan mengulurkan tangannya ingin menyentuh kening Kenzo, untuk memastikan bahwa cowok itu baik-baik saja. "Dingin, kok."
Malas menghadapi Kenzo yang tak jelas, Raga berniat pergi dari sana. Baru satu langkah, terpaksa Raga berhenti ketika mendengar Kenzo kembali bersuara.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGNALA
Teen Fiction[Jangan lupa follow sebelum membaca] Ini tentang Dia Raga Semesta. Cowok dengan julukan kulkas berjalan yang memiliki pahatan wajah hampir sempurna. Juga tentang Nalaka Cempaka Bumi, yang jatuh cinta terlalu cepat pada Raga. Nala pernah berharap jik...