[38] Penghuni Kelas XI MIPA 3

7.6K 591 86
                                    

"Rasa pertama dan paling utama, harus berkesan dengan indah." – Raga.

TRING!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TRING!!

TRING!!

Bunyi yang menggema di semua lorong-lorong gedung itu merupakan bunyi yang paling dinantikan oleh pelajar SMASTARA. Suasana di kelas XI IPA 3, yang semulanya tenang dan tenteram menjadi gaduh akibat sorak gembira dari penghuninya.

Baru saja anak Natural Killer ingin keluar dari ruangan itu. Namun, Dharma sang ketua kelas menahan mereka. "Bentar dulu, jangan keluar ada pengumuman untuk anak MIPA 3!" larang Dharma.

Sedangkan Dara mendengus kesal, suara cacing-cacing diperutnya sudah menggerutu sejak jam pertama. Dia juga sudah tak sabar, bercerita panjang lebar dengan Nala. Secara mereka baru bertemu setelah sekian bulan terpisah.

"Pengumuman apa sih, Dhar? Kelamaan ini, udah habis bakwan di kantin!" omel Lena sembari bersedekap dada.

"Ada surat dari kapten futsal WISTARA FC," ujar cowok itu, berdiri didepan papan tulis sembari mengangkat tinggi-tinggi selembar kertas yang dia bentangkan. "Katanya teruntuk salah satu penghuni XI MIPA 3 yang inisialnya Nalaka Cempaka Bumi, dilarang kecapean, dilarang ngantuk dalam kelas, belajar yang rajin, dan terakhir jangan lupa jatuh cinta kembali," lanjut Dharma, melipat kertas bekas tulisan Raga.

Mendengar itu, Nala sebenarnya malu. Terlebih sorak-sorak godaan dari teman sekelasnya membuat pipi Nala bersemu merah. Dharma maju, menuju tempat Nala duduk kemudian menyerahkan kertas yang baru saja dia baca. "Jangan lupa jatuh cinta kembali, jatuh cinta tanpa mengenal sakit, dan jatuh cinta tanpa jeda. Dari Semesta yang telah terjatuh dengan indah," tukas Dharma membaca bagian akhir dari surat itu.

"Kiw, kiw, pulang-pulang dari London, bukannya dapat bule eh malah kecantol sama kapten futsal," goda salah satu teman sekelas Nala.

Dara berdecak kesal, waktunya benar-benar terbuang hanya karena surat tidak jelas itu. "Ini mah bukan pengumuman untuk MIPA 3, tapi untuk Nala doang," gerutunya.

"Maaf," ujar Nala mewakili Raga. Dia tahu betul, bahwa temannya yang satu itu tidak bisa menahan lapar.

Kelima anak Natural Killer, berjalan dikoridor. Hawanya masih seperti biasa, mereka masih menjadi nomor satu ditakuti seantero sekolah. Nala berjalan di tengah, senyumnya tak berhenti mekar. Terkadang Nala menyapa murid-murid yang dia lewati. Hal itu tak luput dari pengamatan Indi.

"Ngeri bund. Jatuh cinta bisa ngerubah orang," sindir Indi. Sepulang dari London, memang ada perubahan drastis Nala. Misalnya tampak lebih ceria, lebih bersemangat dan menebarkan aura postif.

Nala paham maksud kalimat Indi. "Gue hanya berusaha jadi diri gue yang lebih baik," jujur Nala. Dia sadar jika perbuatannya yang lalu sangat tidak dipantaskan. Dan tekad Nala sekarang, ingin menjadi lebih baik dari sebelumnya. Tidak ada lagi penindasan untuk kaum lemah, dia akan menjadi penegak kesetaraan.

RAGNALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang