"Gue nggak tau harus bagaimana lagi agar dia menyerah." – Raga
Kelas Nala mulai sepi. Perseteruan antara Nala dan Raga tadi mengguncangkan warga SMA Wistara. Nama keduanya sudah terkenal seantero sekolah. Tak heran lagi jika Raga dan Nala dikenal sebagai troublemaker.
Nala menghembuskan napas berat. Dia sama sekali tak menduga bahwa Raga akan menghinanya seperti itu. Nala manusia biasa, dia juga memiliki rasa malu. Kata-kata Raga di depan umum, mampu mencabik-cabik relungnya.
"Nal, beneran lo mau bunuh diri?" tanya Dara duduk di atas meja Nala.
Nala terdiam, bingung harus menjawab apa. Dia tidak ingin membebani teman-temannya dengan apa yang dia alami sekarang.
"Nal, kok diem? Jawab dong!"
"Jangan-jangan emang bener lo bunuh diri untuk mancing Raga," sahut Lena tiba-tiba.
"Na!" tegur Indi.
"Kenapa sih, Nal? Kalau ada masalah bilang! Mana Nala yang dulu?"
Nala menatap satu-persatu teman-temannya. Satu yang dapat Nala syukuri, dia masih memiliki empat sahabat berhati malaikat. Sejujurnya Nala tak sendiri, hanya saja dia yang selalu merasa sepi.
"Gue nggak tau mau bilang apa, kemarin gue labil. Gue emang berniat ngelakuin itu, tapi gak ada hubungannya sama sekali dengan Raga," jelas Nala pelan.
Pilar mendekat, memeluk Nala dari belakang. "Nala, kami nggak akan paksa kamu buat cerita masalah kamu. Tapi, kamu harus tau kalau kami ada di sini kapan pun kamu butuh."
Nala tersenyum haru. Kali ini dia tidak salah dalam memilih teman. "Thanks for everything. Natural Killer will always be my home."
***
Nala berjalan sendiri di koridor. Tatapan menghujam dari sekitar tak pernah lepas pada Nala. Namun, bukan Nala namanya jika dia takut dengan tatapan itu. Jika saja suasana hatinya tak karuan sudah Nala hantam orang-orang yang menatapnya dengan penuh intimidasi. Nala terus berjalan hingga ke perpustakaan, menjalani rutinitasnya demi olimpiade.
Di dalam perpustakaan Nala melihat gadis yang memang selalu dia jumpai di sini. Nala tersenyum licik, menakut-nakuti Dania mungkin bisa menghiburnya.
"Mau main-main, nggak?" bisik Nala tepat di telinga Dania, sampai gadis itu terlonjak kaget.
"Kaget amat lo kek ketemu malaikat maut." Nala terkekeh kecil melihat ekspresi Dania yang terkejut dan was-was.
"Mau kemana lo?" tanya Nala, saat Dania dengan buru-buru beranjak dari duduknya.
Kening Nala berkerut melihat gantungan kunci di tempat pensil milik Dania. Gantungan kunci matahari, persis dengan yang dia lihat di anak tangga rooftop kemarin. Nala menatap Dania dengan curiga. Ditatap seperti itu, Dania gemetaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGNALA
Teen Fiction[Jangan lupa follow sebelum membaca] Ini tentang Dia Raga Semesta. Cowok dengan julukan kulkas berjalan yang memiliki pahatan wajah hampir sempurna. Juga tentang Nalaka Cempaka Bumi, yang jatuh cinta terlalu cepat pada Raga. Nala pernah berharap jik...