[33] 101 Hari

7.9K 621 152
                                    

"Layaknya kaca yang sudah tak terbentuk dibuat semakin terbentur. Lalu bagaimana bisa kembali utuh?" – Nalaka.

Raga Semesta : Udah bahagia yah, Nal?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Raga Semesta : Udah bahagia yah, Nal?

Nala membaca pesan terakhir dari nomor yang sudah Nala blokir, setelah itu tak ada lagi deretan angka baru yang memenuhi notifikasinya setiap hari. Dia memilih untuk mengganti nomornya, bahkan untuk komunikasi dengan teman se-geng Natural Killer pun Nala sudah tak lagi lakukan hanya karena menghindari seorang Dia Raga Semesta.

Ternyata tak sampai situ Nala di terror dengan berbagai pesan-pesan dari Raga. Cowok itu terlalu banyak akal, Raga tetap mengiriminya pesan melalui via email. Nala sampai tak habis pikir, cowok itu tak ada rasa jerahnya.

99 hari tanpa Nalaka mengisi SMASTARA

Raga Semesta
to me

Gue tau, Nal lo terlalu pejuang buat gue yang pecundang. Tapi, maafin gue yah, Nal! Kepulangan lo masih gue tunggu.

Nala membaca email yang masuk dua hari yang lalu. Isinya selalu sama, pasti ada kata maaf yang terselip disana. Tentang perasaan Nala, tentu dia semakin bimbang. Antara ingin kembali tapi takut akan hal-hal buruk yang akan terulang lagi, meski Nala tahu hidupnya memang selalu tidak baik-baik saja.

"Gue takut, Rag. Lo kayak gini cuman karena rasa bersalah lo. Gue maafin lo tapi sorry untuk kembali gue nggak siap," gumam Nala.

Tangannya kembali menggeser ke atas layar ponselnya, melihat ada dua email yang juga belum dibaca.

100 hari tanpa Nalaka mengisi SMASTARA

Raga Semesta
to me

Hari ini mendung, gue juga mendung. Semoga lo tetap terang dan semoga ada titik terang buat lo maafin gue. Maaf, Nalaka.

101 hari tanpa Nalaka mengisi SMASTARA

Raga Semesta
to me

Setiap hari gue nggak bakal bosen bilang ini sama lo. Maafin versi diri gue yang lama yah, Nal!

Darah tiba-tiba menetes mengenai punggung tangan Nala yang memegang pembatas balkon. Hal itu sontak membuat Nala menyentuh sudut bibirnya, asal dari darah segar itu mengalir. Dia baru ingat bahwa beberapa luka terbuka di wajahnya, belum dia obati.

"Gue kira udah kering," monolog Nala masih menyeka darah yang keluar.

Dia kemudian masuk ke dalam kamar dan mengambil kotak P3K di laci meja. Selain dibuat terluka sama orang lain, mengobati luka sendiri juga menjadi rutinitas Nala setiap hari. Sampai Nala hafal obat-obat analgetik untuk menghilangkan nyerinya.

TING!!

Bunyi bel menghentikan aktivitas Nala sejenak. Dia berjalan menuju pintu. Setelah pintu terbuka tampak dua manusia dengan berbeda jenis kelamin itu, sontak menganga melihat wajah Nala yang babak belur. Sedangkan Nala memejamkan mata karena kecerobohannya.

RAGNALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang