[8] Bekal Penuh Cinta

8.7K 678 30
                                    

"Kamu tidak tahu, bagaimana aku menahan sesak saat kamu kembali membuat luka ku menganga." – Nalaka

Perlahan kelopak mata Nala terbuka, mengumpulkan pasokan oksigen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perlahan kelopak mata Nala terbuka, mengumpulkan pasokan oksigen. Dia beralih menatap sekeliling, sampai dia sadar ternyata dia sudah di kerumuni banyak orang. Nala berusaha bangkit dari posisinya, seperti tubuhnya sedang diremukkan. Sungguh Nala sangat lelah.

"Nal, nggak usah bangun dulu," tegur Lena.

Nala memegang keningnya yang berdenyut. "Gue habis pingsan, yah?"

"Nggak, lo habis mati suri," celetuk Indi.

"Indi jangan gitu, kasian Nala," omel Pilar.

"Minum dulu, Nal." Kenzo menyodorkan botol air untuk Nala sembari membantunya duduk.

"Lo yang bawa gue kesini?" tanya Nala, keadaannya mulai membaik.

Kenzo menggeleng, dia saja baru sampai setelah Nala dibawa kesana.

"Trus siapa?"

"Kak Genta," jawab Indi.

Entah mengapa jawaban Indi membuat Nala kecewa. Apa-apaan Nala, mengharapkan Raga yang membawanya ke UKS? Itu sangat mustahil seperti berharap pada kucing akan bertelur. Tidak akan pernah terjadi.

Tapi, Nala yakin jika Raga selalu memperhatikannya tadi. "Bukan Raga?" tanyanya memastikan.

"Lah kok Raga sih?" sungut Lena.

"Gue yakin kalau Raga ngeliatin gue terus waktu dance."

Dara menghela napas. "Ngeliatin bukan berarti perhatian, Nal."

"Bener. Bukannya fokus untuk sembuh lo malah sibuk mikirin Ragalak," tambah Lena.

"Udah-udah! Kalian ini bisa bikin Nala tambah pusing," tegur Pilar. "Kamu kecapean banget yah, Nal? Pasti gara-gara latihan sampai tengah malem," ujarnya pada Nala.

Kenzo yang mendengar itu membuat hatinya menghangat. Tidak salah dia mengagumi Pilar, gadis lemah lembut dan penuh perhatian. Sayangnya Kenzo tidak memiliki keberanian untuk mendekati Pilar.

"Nggak papa kok, Pi. Yang penting kita udah tampilin yang terbaik kan?"

Keempat gadis itu bersamaan mengangguk. "Nama Natural Killer tambah naik nih. Apalagi dance-nya Indi nggak ada tandingan!" ujar Lena mengejek Indi.

"Lo ngehina apa muji gue, nih?"

"Ih, emosian banget sih ibunya," balas Lena melihat Indi memajukan tubuhnya.

Sampai seseorang masuk ke UKS memecah kehebohan Lena dan Indi. Cowok dengan penampilan rapi sesuai aturan sekolah. Dikagumi karena kewibawaannya, andalan semua guru. Siapa lagi kalau bukan sang ketua osis.

"Kamu udah baikan?" tanya Genta pada Nala.

Nala hanya mengangguk.

"Ucapin makasih, Nal," suruh Kenzo.

RAGNALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang