Tentang Rere

47 31 9
                                    

Jangan terlalu sering bermain, nanti orang gak akan percaya kalau kamu sedang membicarakan hal serius.
-Rehana Pinkan-
.
.
.
.

Cika menatap heran kearah sahabatnya yang tampak tidak tertarik dengan alkohol dihadapannya. "Lo kenapa sih re?" Tanyanya heran.

Rere menggelengkan kepalanya sambil tersenyum kecil lalu kembali menatap kosong kearah gelas berisi alkohol itu.

Ya..

Mereka berdua sedang berada di club yang cukup terkenal di kota itu.

Minus Disa.

"Cika," panggil Rere.

Cika menoleh dan menaikkan sebelah alisnya saat pandangan mereka bertemu, Rere menundukkan kepalanya, ia mengepalkan kedua tangannya untuk menguatkan hati kalau..

"Gue cinta sama Xaveian cik," ujarnya pelan tapi masih bisa didengar Cika karena telinga gadis itu sangat tajam.

...kalau Rere benar benar dibuat jatuh cinta oleh seorang Xaveian.

Cika mengernyit tidak percaya lalu tertawa lempeng. "itu mah, dari dulu ye kan? ngapain lu ngomong lagi orang tiap hari Lo selalu bilang suka Xav."

Rere memejamkan matanya sebentar lalu menatap Cika serius. "gue gak bercanda cik."

Tawa Cika terhenti, tapi ia tetap tidak percaya dengan perkataan Rere yang mempunyai humor rendah.

Cika menggelengkan kepalanya lagi. "kalo suka ya suka aja lah, lagian Ave Lo jadiin pelampiasan kan?"

Deg

"Cik.."

Cika tersenyum maklum. "gue tau Lo belum move on dari dia re, gue sih masa bodo kalo Ave Lo jadiin pelampiasan. toh, dia juga gak suka sama Lo hahaha," kata Cika dengan tertawa keras.

Bahkan ia sampai memegangi perutnya.

Rere tersenyum tipis.

Lagi ..?

Tapi bukan gitu cik, gue gak bercanda..gue serius cinta sama Xaveian..

Lo selalu aja, selalu anggap gue bercanda..

Gue serius, I'm fall in love with Xaveian..gue gak bercanda cik..

Rasanya nyesek banget pas Lo bilang kalo Xav gak suka gue, gue jadi tertampar mundur jauh ke kutub Utara..

Tapi, ungkapan itu hanya sampai di tenggorokannya. "hehe, iya kali ya?"

"Nah makanya, jangan galau begitu lu gak cocok tau gak!"

Rere ikut tertawa, menertawakan diri sendiri.

Gue mati aja kali ya, hidup Gaada tujuan mana gue gak bisa ngapa ngapain, ga berguna banget hidup..

Rere tersenyum tipis saat mendengar suara hatinya, entah itu dirinya yang tanpa sadar berbicara atau mungkin ia memiliki alter ego?

Ngaco!

***

Menyusuri jalanan sepi, sudah biasa bagi seorang seperti Rere, kepalanya sedikit pening karena alkohol.

Cika sudah menawarkan untuk mengantarnya pulang tapi ditolak, selalu ditolak jika ada yang memberinya tawaran seperti itu.

Bukan ia sombong atau sengaja menolak, bahkan jika bisa ia ingin ikut Cika saja dan tidak harus pulang kerumah.

Karena selalu, selalu hal ini yang ia saksikan dirumah..

"Hahahaha, kamu pintar memanfaatkan pria kaya itu tesa" suara laki laki dan tawa nya itu membuat Rere muak.

Merah Putih, Alora (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang