~Matanya~

17 9 0
                                    

Pertemuan macam apa yang saling mengenal tanpa adanya sapaan.
Dari matanya, aku bisa tau.

•______Happy Reading______•

Lora mengalungkan tangannya ke pundak Agil, gadis itu terlihat sangat dekat dengan Agil, apalagi setelah berpisah selama 2 tahun lebih.

"Ra? Kamu kayaknya Deket banget sama cowok ini." Dengan tidak sopannya, Dika menunjuk wajah Agil dengan jari telunjuknya.

"Mau saya patahin jari kamu?" Tanya Agil dengan nada tidak bersahabat.

"Dika, gak boleh gitu." Tegur lora, gadis itu menurunkan jari dika yang masih setia menunjuk wajah Agil.

"Oh, kamu Dika. Anak kecil yang berpura-pura cadel dan nembak lora waktu SD?" Ucapan Agil membuat perhatian mereka semua kini tertuju pada agil.

Dika mengerjapkan matanya beberapa kali."kamu kenal saya?" Tanya Dika.

Agil menaikkan sebelah alisnya."gak." Ketusnya, cowok itu kembali menatap lora yang bermanja-manja didalam pelukannya.

Cowok itu mengelus kepala lora."mau ketemu Xav gak?" Tanya Agil lembut.

Nera, Vela, erik, dan dika hanya mengerutkan wajah mereka. 2 laki-laki tampan sedang memanjakan lora dihadapan mereka semua. Erik dapat melihat wajah Dika yang memerah menahan api cemburu yang meledak-ledak.

"Emang... Bisa?" Tanya kira ragu.

"Bisa," jawab aji semangat. "Kalo lora mau ikut, ayo sekalian kita juga mau ke tempat Xav," lanjutnya lagi.

Lora diam untuk beberapa saat sebelum menganggukkan kepalanya. "Loh!? Ra? Gak jadi kerja kelompok?" Tanya Dika.

"Nanti aja, kirim materinya nanti aku yang bikin makalah." Mereka semua mengangguk pasrah ketika melihat lora yang sudah dibawa kabur oleh kedua laki-laki tampan.

"Jadi... gimana?" Tanya Erik.

"Gak gimana-gimana, abisin ini aja dulu abis itu bubar, gak seru kalo gak ada lora," ujar nera yang diangguki mereka semua kecuali Dika yang masih menatap tajam kepergian lora.

"Udah kali dik-OI! KEMANA?" Erik meneriaki Dika yang tiba-tiba berdiri dan pergi menyusul lora, sepertinya.

"Aelah, terus nih pesenan sebanyak ini siapa yang ngabisin!?" Tanya Erik kesal sambil menatap Vela dan nera.

"Kita lah," ujar Vela semangat.

"Yang bayar?" Tanya Erik was-was. Perasaannya sungguh tidak enak jika dihadapkan dua gadis matre ini.

"Ya... Elo!"

Nahkan!

•••

Mumled•

Inginku berlari menjauh
Tapi wajahmu menghalangi
Langkahku pun terhenti
....

"Apasih, Ra?" Gumam gadis itu ketika otaknya dengan otomatis memutar lagu favoritnya di sinetron.

"Itu, Xav." Aji menunjuk ke arah dua orang yang sedang asik berbicara, entahlah mungkin hal penting. Agil dan aji ternyata membawanya ke sebuah perusahaan besar. Bangunan dengan puluhan tingkat, mampu membuat jantung lora berdegup kencang apalagi lift yang mereka naiki untuk sampai ke lantai tertinggi adalah lift transparan, otomatis mereka dapat melihat pemandangan kota dengan sangat jelas!

Lora pernah melihatnya di drama Korea penthouse.

"Ah, iya, hehe. Tapi, keknya kak Xav sibuk. Lora gak mau ganggu," ujarnya menggaruk tengkuk yang tidak gatal.

Merah Putih, Alora (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang