Koma?

14 6 0
                                    


Happy Reading

_______________________________

"Operasinya berjalan lancar, seharusnya pasien sudah sadar. Tapi, mungkin jiwanya belum ingin kembali. Berdoa saja pada tuhan, semoga ia cepat kembali. Sementara kami akan memasang infus ini untuk memberi oksigen dan nutrisi yang akan menjadi makanan pasien selama ia koma. Untuk keluarga atau orang-orang terdekat, saya harap dapat membantu pemulihan pasien. Dan, jangan sampai ada keributan seperti yang sudah terjadi sebelumnya. Saya permisi, jika ada yang terjadi, hubungi saya."

Xav menghela nafas kasar. Rere koma.  Dan ini sudah satu Minggu semenjak perkataan dokter waktu itu. Mungkin jiwanya belum ingin kembali. pernyataan dokter muda itu terus terngiang di otak Xav. Maksud dari perkataannya apa?

Apakah karena trauma masa lalu?

Ngomong-ngomong soal trauma, Kenan dan disa sudah dipenjara dengan tuduhan berlapis. Pelecehan, penculikan, rencana pembunuhan, pembunuhan, teror, dan masih banyak lagi.

Kedua orang itu awalnya dihukum penjara seumur hidup. Tapi, karena kuasa Agil entah apa yang pemuda itu lakukan sampai hukuman kembali bertambah dengan Kenan yang dihukum mati, dan disa yang tetap dihukum seumur hidup.

"Xav, Lo belum tidur dari kemarin. Habis dari kantor langsung kesini. Jangan sampe Lo yang sakit pas Rere bangun nanti," ujar aji yang duduk di sofa ruangan ini.

"Gue gak mau jauh dari Rere. Udah cukup gue sering ninggalin dia buat urusan perusahaan," ujar Xav sembari menggenggam tangan gadisnya yang kini menutup mata.

Aji menghela nafas kasar. Hari ini giliran dirinya yang berjaga menemani Xav, semua ini sudah diatur tentunya oleh Agil. Stevan bahkan rela mengambil cuti kuliah, begitu juga dengan Keysa yang dipindah tugaskan ke Jakarta oleh sang ayah, tentunya atas perdebatan panjang.

Solid? Harus! Berkorban? Itu Poin penting!

"Maafin gue."

Aji mendongak ketika mendengar suara Xav. "Kenapa?"

"Gue nyusahin kalian," ujarnya.

Aji terkekeh kecil lalu menghampiri Xav dan menepuk pundak laki-laki itu. "Ini bener ketua geng Avatar!? Ck! Lemah banget sih!"

Xav tersenyum tipis, bodohnya dia. Sahabatnya ada dimana-mana, menolongnya kapanpun dibutuhkan, bahkan tidak peduli dengan resikonya.

"Gue-gue mau ketemu Stevan."

Aji menganggukkan kepalanya. "Bisa, gue telepon dia sekarang!"

Xav menggelengkan kepalanya. "Gue yang salah, biar gue yang datang. Dia masih pemulihan di rumah kan? Gue kesana. Ji, tolong jagain Rere ya?"

Aji menganggukkan kepalanya. "Pasti!"

Sebelum pergi, Xav mencium puncak kepala Rere dan mengecup pipinya singkat. "Aku pamit bentar ya, sayang? jaga diri baik-baik," ujarnya lirih. Aji yang melihat itu tersenyum miris. Masih sempet ae ngebucin, sial!. Batin aji kesal.

"Re, Lo beruntung dapetin sahabat gue. Cepet sembuh dong, gak ada yang bisa gue jagain jablay nih!"

Ceklek

Merah Putih, Alora (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang