Tentang kita (END)

27 7 0
                                    

Happy Reading


Mereka yang mengerubungi lora seperti semut dan kue yang manis, kini harus terpecah ketika Anka datang dengan tiba-tiba membelah kerumunan. Ia menarik lengan adiknya untuk kemudian ia rangkul dengan posesif. Matanya menatap tajam setiap orang yang tadi menggoda adiknya. Siapa lagi kalau bukan geng Avatar.

"Gak usah deket-deket adek gue," ujarnya sinis.

"Heh! Adek Lo tuh yang genit. Dia juga seneng kali deket-deket sama cogan. Ya gak Ra?" Kasya menaikturunkan alisnya, sedangkan Anka melotot tidak terima.

Lora bukannya marah karena sudah dikatai genit, gadis itu justru melepaskan tangan Anka yang melingkar di pundaknya, lalu beralih memeluk lengan kasya dan aji disamping kanan kirinya. "Lora suka, kak. Temanan sama geng motor, lora jadi kenal banyak cogan!"

"Lora mau gabung sama geng motor!" Anka membulatkan matanya, siapa lagi yang ngajarin lora seperti ini. Bisa gawat ia dimarahai oleh ayahnya.

"Gak boleh, lora. Gak baik," ujar Anka mengelus kepala lora.

"Kak Agil!" Lora memekik girang saat melihat seorang laki-laki tampan mendekat ke arah mereka. "Kak, lora mau gabung di geng Avatar!"

Agil tersenyum. "Boleh."

"Heh!" Anka menatap Agil tak percaya. Bagaimana bisa pria dihadapannya ini memberi lora izin untuk bergabung.

"Oi, fotbar!" Teriakan dari seorang gadis dengan rambut sebahu itu mengalihkan perhatian mereka semua.

Cika berdiri diatas pelaminan sambil melambaikan tangannya pada mereka, anggota inti Avatar. Gadis itu berdecak saat tidak ada yang meresponnya, ia memilih untuk turun dari pelaminan dan mendekati mereka.

"Anj-astagfirullahalladzim! Yok, fotbar bareng nganten. Kalian gak mau fotbar bareng pak bos, dan Bu bos Avatar?" Cika langsung menarik lengan aji dan Stevan untuk naik ke atas pelaminan, diikuti dengan yang lainnya. Anka dan lora hanya berdiri saja memperhatikan dari jarak yang agak jauh.

"Nah, sekarang-loh? Mana lora sama Anka?" Cika mengedarkan pandangannya dan menemukan lora yang sibuk memakan kue bersama Anka.

"Ya Allah, ya Rabb! Oi! Ayo fotbar! Anka! Lora!"

Rere menabok pundak Cika sedikit keras membuat si empunya meringis. "Jangan teriak-teriak! Ini bukan hutan, cik!" Cika yang ditegur pun menampilkan cengiran khas dirinya.

"Ye, maap!"

Agil berinisiatif untuk menghampiri lora dan Anka, dengan penuh paksaan, lebih tepatnya Anka. Akhirnya Agil dapat membuat dua kakak beradik itu menuju pelaminan.

Posisinya seperti ini. Kedua mempelai berada di tengah, Xav di kanan, dan Rere di kiri. Disamping xav ada agil, dan si kembar. Lalu disamping Rere ada Cika, Stevan, aji, dan Anka. Lora? Gadis itu ada ditengah-tengah kedua mempelai. Beberapa foto diambil, lora sempat berpindah tempat jadi didepan kedua mempelai, karena badannya yang pendek membuatnya tidak menghalangi Rere yang lebih tinggi.

Setelah mengambil banyak gambar, gantian anggota Avatar lain yang ikut berfoto membuat pelaminan sangat ramai karena didominasi dengan laki-laki.

Aji menepuk pundak Stevan yang kini fokus memandangi ema yang sedang makan disebelahnya. "Btw, Alif gimana?" Tanya aji.

"Udah baikan. Dia juga bilang gak bisa hadir di acara ini, masih sibuk pemulihan katanya."

"Minggir! Minggir!" Agil tiba-tiba datang dan mendorong Stevan untuk pindah kursi dan ia yang duduk ditengah-tengah antara Stevan dan Ema.

"Abang ngapain?" Tanya Ema.

"Abang lagi jagain kamu dari buaya, Ema. Udah makan aja," ujar Agil menyuruh adiknya untuk lanjut makan.

Merah Putih, Alora (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang