Happy Reading
"Gimana? Lora ketemu?" Baru saja mereka kembali dan memasuki markas, Rere sudah menghadiahi mereka dengan berbagai pertanyaan.
"Sabar, re. Napas dulu gue," ujar aji menghela nafas panjang.
"Mana Rere, xav?" Tanya rere lagi.
Xav tersenyum tipis dan mengusap rambut panjang Rere. "Dia di rumah sakit sama abangnya."
"Loh!? Kalian gak ikut?" Tanya Cika menatap mereka aneh.
"Agil ikut. Kita gak punya nyali buat ketemu om Reno." Kasya meringis memegangi sudut bibirnya yang terasa perih dengan bercak darah disana.
"Nih, obatin luka kalian." Disa menaruh kotak P3K di atas meja.
"Perhatian banget sih," goda aji menaikturunkan alisnya.
Disa yang melihat itu hanya memutar bola matanya dengan malas dan menatap aji dengan tajam dan dingin. "Obatin masing-masing."
"Kau ajak ku melayang tinggi."
"Dan kau hempaskan ke bumi."
Aji melirik sinis ke arah Stevan dan kasya yang mengejeknya dengan sebuah lagu yang diubah liriknya. "Kasian, ditolak," ejek Stevan.
"Lo juga ditolak Ema kali-eh!? Mana Ema?" Tanya aji ketika sadar bahwa mereka tidak melihat cewek itu saat masuk ke markas.
"Katanya tadi di telepon Agil, dia disuruh nyusul. Gue kira nyusul kemana, taunya ke RS." Mereka menganggukkan kepalanya mendengar ucapan rere, lalu beralih menatap Stevan yang anteng. "Gak Lo anter?" Tanya aji.
"Sudah kucoba, sayangnya ditolak." Bukan Stevan yang menjawab, tapi kasya. Laki-laki itu kini tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi Stevan yang sangat-kasihan.
"Kejam Lo semua!"
•••
Di ruangan serba putih dan berbau obat-obatan, terdapat seorang gadis yang tengah berbaring sambil menatap kedua orangtuanya dengan malas. "Papsi dan mamski, udah deh lora gak papa. Sehat walafiat ini tuh lihat." Baru saja ia akan bangkit dari posisinya, tapi pelototan dari sang papi membuat niatnya terhenti.
"Ish! Lora gak papa tau!"
"Tetep aja sayang, mami sama papi khawatir sama keadaan kamu yang seperti ini." Mami azkya duduk di salah satu kursi yang ada disamping brankar dan menggenggam tangan anaknya yang bebas dari infus.
"Maafin mami, sayang. Mami gak bisa jaga kamu, mami gak becus-
"Mami! Kalo mami ngomong kek gitu, lora marah sama mami."
"Harusnya papi yang minta maaf, papi sibuk di kantor dan sibuk mengurus anak buah papi. Maaf, karena gak ada waktu buat jaga kamu, sayang."
Lora menghembuskan nafasnya kasar. "Mami, papi... Harusnya yang kalian khawatirkan disini itu Abang, mami sama papi emang gak liat tadi perut Abang juga luka?" Tanya lora. Kedua orang tua itu menggelengkan kepalanya dengan tampang watados.
"Ya Tuhan! Papi sama mami gimana sih!? Untung ada kak Agil yang bantuin Abang. Papi sama mami gak boleh pilih kasih gitu dong!"
Kedua orang tua itu langsung menggelengkan kepalanya cepat. "Enggak sayang, mami sama papi gak pilih kasih. Tapi, mami beneran panik waktu liat kamu luka-luka gini, jadi kita gak kepikiran sama Abang kamu. Maafin mami," ujar mami azkya menundukkan kepalanya.
"Papi juga."
"Kalo gitu, ayo jenguk Abang. Lora ikut!"
"Gak-
KAMU SEDANG MEMBACA
Merah Putih, Alora (END)
Teen FictionMerah Putih (Alora) -Boleh aku berharap sedikit meskipun tau itu tidak mungkin?- Mungkin, aku adalah salah satu ceritanya. Tapi aku, bukanlah akhir untuk ceritanya. ••• Happy Read! Maafkan,masih banyak Typo direvisi kalau sudah end Bahasa Non baku. ...