Entahlah, gengsi ini selalu tinggi ketika bertemu dengan orang di masa lalu.
•••
⚠️Ada adegan uwu!⚠️
Dingin sekali.
Itu hal pertama yang dipikirkan oleh seorang xaveian. Cowok itu melihat Rere keluar dari kamarnya dan membawakan selimut untuk ia pakai. Malam ini, Xav memutuskan menginap dirumah Rere, lebih tepatnya apartmen.
"Makasih, sayang."
Rere tersenyum lebar, ia ikut mendudukkan dirinya di sofa panjang, tempat Xav akan tidur malam ini. Padahal di apart ini memiliki dua kamar, tapi Xav sedang mood tidur di sofa, katanya agar bisa menjaga Rere dari luar. Aseek!
"Mau kopi?" Yang ditanya pun menganggukan kepalanya, Rere segera bangkit berjalan menuju dapur untuk membuat kopi.
Xav termenung di tempatnya. Ada apa dengan hati ini, ia merasa seperti pikirannya sedang melayang meninggalkan sang raga ke tempat lain. Cowok itu mencoba untuk memfokuskan diri pada kekasihnya, Rere. Tapi, hatinya bergemuruh seolah ada sesuatu, tapi tidak dapat ia definisikan.
"Ini, beb."
Xav mengambil posisi duduk, ia menatap Rere intens. "Kenapa ngeliatin aku kek gitu?" Tanya Rere gugup.
Xav mendekatkan wajahnya, saat wajah keduanya tinggal beberapa centi bahkan Rere sampai menahan nafas dan memejamkan mata, tapi tidak ada pergerakan apapun. "Xav?" Panggil Rere masih dengan kening mereka yang menyatu. "Hei.. kamu-
Rere tertegun saat dengan tiba-tiba Xav memeluknya erat, sangat erat sampai membuatnya sedikit sesak. "X-xav... Sesak," lirihnya.
"Maaf," cicit Xav melepaskan pelukannya, lebih tepatnya sedikit melonggarkan pelukannya. Laki-laki itu masih betah berada di ceruk leher gadisnya, menikmati aroma vanilla kesukaannya. Hal ini tentu saja membuat Rere yang gadis normal merasa geli.
"Geli sayang ..." Rere mulai menggeliat ketika merasakan bibir Xav yang mencium lehernya bertubi-tubi.
Duh... Author geliii
"Kenapa, hm?" Tanya Rere. Gadis itu sudah sangat paham sekali ketika Xav sedang dilanda gelisah dan ada sesuatu yang mengganggu otak dan hatinya.
"Mau cerita?" Tanya Rere dibalas gelengan oleh Xav.
"Boleh... Tidur bareng?" Tanya Xav sedikit ragu, Rere bukan mau menolak karena ia tau Xav tidak akan melakukan hal yang tidak-tidak kepadanya, tapi traumanya membuat ia sedikit takut.
"B- boleh."
Xav tersenyum lebar, ia merebahkan tubuhnya begitu juga Rere di sofa yang cukup untuk mereka berdua. "Kamu gak kesempitan?" Tanya Rere memastikan, gadis itu mendongak menatap Xav yang memeluknya erat. "Enggak kok, tidur ya? Istirahat, aku capek. Kamu pasti capek.."
Walaupun sempat terdiam, Tapi Rere pun mengangguk sebagai jawaban.
Mereka memasuki alam mimpi dengan sangat cepat, membiarkan secangkir kopi panas yang mulai dingin tanpa tersentuh sedikitpun. Padahal kalo kata Rere, ia membuatnya dengan penuh cinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merah Putih, Alora (END)
Teen FictionMerah Putih (Alora) -Boleh aku berharap sedikit meskipun tau itu tidak mungkin?- Mungkin, aku adalah salah satu ceritanya. Tapi aku, bukanlah akhir untuk ceritanya. ••• Happy Read! Maafkan,masih banyak Typo direvisi kalau sudah end Bahasa Non baku. ...