~Serius~

24 14 1
                                    

Happy Reading
.
.
•_____________________________•

Ada pepatah yang mengatakan, apapun yang dikatakan dan dilakukan anak-anak itu adalah perbuatan murni dan tidak ada kebohongan apapun.

Banyak yang tidak setuju dengan filosofi itu, tapi setelah melihat lora. Mereka akhirnya percaya, bahwa anak kecil sangat murni dan polos. Kecuali, anak-anak micin generasi sekarang.

"Lora datang bawa seblak untuk kak Ian." Ucap lora dengan antusias nya yang tidak pernah hilang jika menyangkut Xav.

"Kak Ian, aku bawa seblak. Ini enak banget loh, dimakan ya?"

Xav memang suka makanan pedas terlebih lagi seblak yang sekarang tersaji di hadapannya, masih hangat pula.

"Tapi dia udah makan loh, Ra. Udah kenyang." Kata Rere.

Lora menatap Rere sinis."kak Rere, diem aja deh."

"Pfftt." Aji dan kasya menahan tawanya.

Kali ini mereka sedang berada di markas utama Avatar. Agil pernah membawa lora ke markas ini untuk menemui xav, tapi yang dicari malah tidak ada.

Yang membuat mereka heran adalah, bisa-bisanya gadis kecil itu menyuruh kakaknya untuk mengantarnya ke markas Avatar.

Saat mereka datang, jelas anggota avatar memukuli Anka mengira cowok itu akan melakukan hal buruk di tempat mereka.

Sebelum Xav dan yang lainnya datang, Anka berkata. "padahal adek gue yang ngebet, kenapa gue yang kena bogem."

"Diem gak kalian!?" Rere memberikan tatapan tajam kearah aji dan kasya yang langsung diam walaupun masih terdengar suara tawa.

Kenapa rere disana? Akhir-akhir ini semenjak kejadian rere yang kabur dari rumah dan menginap di apartemen Xav, cowok itu sekarang lebih perhatian kepada Rere. Hal itu membuat Rere menang beberapa langkah dari lora.

"Dimakan ya, kak?" Ujar lora menampilkan ekspresi imut nya.

"Aaaaa gue yang gemes." Pekik aji.

Xav memaksakan senyumnya, ia harus makan setidaknya sedikit."iya, dimakan." Ujarnya sambil mengelus rambut halus lora.

Anka yang duduk tidak jauh dari mereka hanya memutar bola mata malas, wajah dan tubuhnya penuh lebam karena mengantar adiknya ini.

Anka bisa saja membalas dan memutar balikkan keadaan, tapi ia sudah janji pada lora tidak akan memukul siapapun di tempat Xav. Alhasil dialah yang terkena pukulan.

"Lora, kakak luka loh, Kok dicuekkin?" Celetuk Anka dengan wajah memelas.

"Tuh muka, baru kali ini gue liat kek gitu." Cetus aji menatap jijik wajah Anka yang seperti seorang perempuan.

"Cot, setan!" Sinis Anka tajam.

"Kak anka udah gede, lagian siapa suruh berantem."

"Jiakhhh! Pak cepak jeder." Seru aji dan kasya bersamaan.

"Adek laknat."

Merah Putih, Alora (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang