•_______Happy Reading______•
Untuk beberapa orang, berpisah mungkin adalah cara untuk membuktikan kesetiaan pasangan. Tapi, bagaimana jika berada dalam situasi cinta bertepuk sebelah tangan?
Hanya kamu yang menunggu, dia? Tentu saja tidak. Dia justru sedang bersama dengan orang yang dicintainya.-MPA-
•^•
3 tahun berlalu..
Tiga tahun berlalu semenjak perpisahan lora dengan Xav, ia kira setelah hari itu akan ada pertemuan lagi sebagai bentuk salam perpisahan, kenyataannya tidak. Keesokan harinya ia langsung pergi meninggalkan Bandung dan memorinya.
Lora tetap menjalani kehidupannya dengan normal walaupun sesekali akan merengek kepada kakaknya atau orang tuanya, lora selalu meminta untuk pulang ke Bandung tapi orang tua dan kakaknya tidak mengizinkan.
Terakhir ia meminta justru diberi jawaban.
"Tunggu umur kamu 17 tahun ya." Ujar mama nya tempo hari.
Masih sangat lama menunggu waktu itu tiba, lora pernah sekali nekat pergi ke Bandung bersama temannya.
Ia kira akan berhasil tapi ternyata rencananya gagal. Walau bagaimanapun, lora masih anak kecil yang belum cukup umur untuk bepergian jauh sendirian.
Saat ini saja ia harus ditemani Anka untuk pergi les."kak, lora bisa sendiri loh. Kan sama nera juga." Keluh lora sebelum menaiki motor sang kakak.
"Udah, cepetan naik atau gak sama sekali nih."
"CK! Iya iya."
Anka kuliah di universitas ternama di Bandung, tentunya dekat dengan SMP lora. Alasannya, agar lebih mudah mengawasi adiknya yang mulai beranjak dewasa.
Anka dulu berharap, sangat berharap malahan. Ia berharap agar adiknya nanti tidak memiliki sifat yang sama sepertinya. Tapi sepertinya dosa yang ia buat terlalu banyak sehingga adiknya menurun sifatnya, walaupun tidak terlalu parah dan fatal.
Seiring bertambahnya usia lora, gadis itu hanya melakukan kenakalan remaja yang mungkin tidak bisa dibilang wajar juga. Tapi paling tidak kenakalan yang ia lakukan tidak sampai harus dijebloskan ke penjara seperti Anka dulu.
"Pulangnya seperti biasa kan?" Tanya Anka menoleh pada adiknya yang sibuk membenarkan tatanan rambutnya sambil berkaca.
"Lora pulang sama nera, kak."
"Kalo sama nera, kamu bukannya pulang malah ngelayap."
"Enggak kok kak, beneran."
"Gak, nanti Kaka jemput."
Satu hal lagi yang ia tidak sukai dari perubahan adiknya, gadis itu sama sekali tidak bisa memilih pergaulan yang mengharuskan Anka mati-matian belajar agar diterima di universitas ternama yang dekat dengan sekolah lora.
Kalau kata ayahnya..
"Kamu sayang kan, sama adikmu? Kalau begitu kamu harus jaga dia 24 jam."
"Kalau perlu, kamu kuliah di tempat yang dekat dengan adikmu."
Kira-kira begitulah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merah Putih, Alora (END)
Teen FictionMerah Putih (Alora) -Boleh aku berharap sedikit meskipun tau itu tidak mungkin?- Mungkin, aku adalah salah satu ceritanya. Tapi aku, bukanlah akhir untuk ceritanya. ••• Happy Read! Maafkan,masih banyak Typo direvisi kalau sudah end Bahasa Non baku. ...