•_________Happy Reading_______•
Masalah? Iya, selalu ada masalah disetiap saat kita melangkah. Pusing? Jangan! Anggap saja masalah itu bumbu untuk soto atau SOP. Bayangkan saja, tanpa bumbu apa rasanya masakanmu?
Hambar?
Yasudah, jalani saja agar rasanya lebih terasa nikmat.
^•^
Seperti yang dikatakan Xav, jalani saja. Hari -hari mereka kini berubah, bukan pacaran bukan juga sebagai tunangan. Mereka berperilaku biasa disetiap harinya.
Terhitung sudah seminggu sejak kejadian itu, dan hari-hari mereka tetap berjalan dengan biasa saja.
Xav yang meneruskan perusahaan ayahnya sambil kuliah, Rere juga bekerja sambil kuliah.
Begitu juga dengan inti Avatar. Stevan dan kasya, kuliah di Bandung, lebih tepatnya kuliah di universitas yang sama dengan Ema, adiknya agil. Keysa juga berada di Bandung, bedanya cowok itu tidak melanjutkan kuliah karena menjadi penerus ayahnya, kasya juga tidak perduli asalkan kebebasannya tidak terusik. Aji juga tidak kuliah, cowok itu mendirikan sebuah cafe dari uang tabungannya.
Waktu itu Agil sudah menasehati sahabatnya untuk kuliah saja, tapi aji bilang lebih baik bangun usaha dibandingkan harus kuliah, otak gue juga gak mampu.
Agil dan Xav yang memang selalu menjadi tempat curhat teman-temannya itu tidak bisa melarang lagi, aji mungkin memang sangat bodoh dalam mata pelajaran. Tapi, cowok itu ahli dalam dunia bisnis.
Mari kita lihat lora...
Gadis itu masih sama seperti hari-hari biasanya, sekolah, les privat, ngemall, dan lain-lain. Yang berbeda darinya adalah lebih menjadi pribadi yang pendiam.
Contohnya saat ini, ia sedang kerja kelompok bersama teman-temannya disebuah cafe yang baru saja dibangun di sekitar area sekolah mereka.
Lora lebih banyak diam dan menjawab seperlunya dan sepenting nya saja."Ra, mau minum apa?" Tanya Dika.
Masih ingat Dika? Iya, Dika yang sama dengan Dika yang menyatakan cintanya saat masih SD. Lora dan dika masih berteman baik hingga sekarang, mungkin lebih tepatnya, Dika selalu mengikuti kemanapun lora pergi.
"Lora doang ditawarin, gue kagak nih?" Sindir nera.
"Gue juga ih." Sahut Vela.
"Gue americano ya, bro." Timpal cowok berbadan kurus dan lebih pendek dari mereka semua, namanya Erik.
Dika menatap malas kearah Erik."gak nawarin," Ujarnya malas.
"Seperti biasa ya, ka." Ucap lora dan diangguki Dika yang langsung pergi memesankan minuman dan cemilan untuk menangani kerja kelompok mereka.
Sepuluh menit suasana hening dan kembali ribut saat pesanan datang."anjir, kok ini semua yang di pesen?!" Heboh Erik.
"Berisik." Desis Dika tidak suka.
Bagaimana tidak terkejut, semua jenis minuman yang dipesan berunsur Milo dan coklat, cemilannya pun juga dari coklat dan bertabur coklat. Hari ini, Erik sepertinya akan mabuk coklat.
Bahkan, cafe yang mereka kunjungi pun berwarna coklat dan segala interior nya berhubungan dengan coklat.
"Dahlah rik, gue juga b aja." Celetuk nera.
Vela menganggukkan kepalanya menyetujui perkataan nera."Lo berdua emang b aja, coklat kan bagian dari hidup kalian. Gue makan coklat, hancur gigi gue." Gerutu Erik frustasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merah Putih, Alora (END)
Teen FictionMerah Putih (Alora) -Boleh aku berharap sedikit meskipun tau itu tidak mungkin?- Mungkin, aku adalah salah satu ceritanya. Tapi aku, bukanlah akhir untuk ceritanya. ••• Happy Read! Maafkan,masih banyak Typo direvisi kalau sudah end Bahasa Non baku. ...