Happy reading
•••
Kenan menendang meja yang ada dihadapannya membuat seorang gadis yang tengah berdiri dihadapannya itu terkejut. "NYARI BOCAH LO GAK BISA? HAH!?" Teriak kenan.
Orang itu menundukkan kepalanya takut. Semenjak kejadian dimana ia ingin membawa Rere secara paksa dan berakhir dengan kedatang bocah perempuan bersama teman-temannya yang membuatnya kesal. Saat ini targetnya ada dua, bocah itu dan juga Rere.
"Banyak yang melindungi gadis itu, Ken. Apalagi salah satu temannya yang bernama Dika, remaja itu sangat sensitif dan peka terhadap sekitarnya. Sepertinya, selama ada Dika disekitar gadis itu, gue gak bisa menjangkaunya." Wanita dengan pakaian serba hitam itu menundukkan kepalanya.
"Alen, gue berbelas kasih sama Lo. Jadi, gue gak mau tau gimanapun caranya! Lo harus seret dua cewek itu ke hadapan gue!"
Wanita yang dipanggil alen itu mengepalkan tangannya. "Gue boleh kasih saran, Ken?" Kenan dengan cepat menoleh ke arah Alen.
"Saran gue, kita bermain secara halus. Kalo Lo langsung bunuh Rere, itu akan terlalu mudah. Kenapa gak kita siksa dia secara perlahan? Lo tau kan? Gue juga benci dia?" Ujar wanita itu menyeringai. Kenan bisa melihat tatapan penuh kebencian di mata gadis itu.
"Good idea, Lo atur," ujarnya dan diangguki Alen. Wanita itu pun pergi dari sana meninggalkan Ken yang sudah tersenyum miring dengan tatapan tajamnya.
•••
"Lo bisa tenang dulu, Xav? Jangan kayak anak kecil, bisa?" Pertanyaan dan wajah datar Agil menghentikan langkah Xav yang ingin pergi menjauh.
"Lo mau apalagi, Gil? Gue gak akan denger kalo Lo coba buat bela Rere!" Bentak Xav.
Agil menghela nafasnya, lak-laki itu menatap Xav dengan serius. "Harusnya gak gue kasih izin Lo buat tunangan, harusnya gue gak comblangin lo sama Rere. Gue nyesel," ujar Agil.
Xav tertawa pelan. "Bagus Lo nyesel, karena Rere emang gak pantes buat sahabat Lo in-
"Gue nyesel ngenalin Rere ke elo." Perkataan Agil membuat Xav mengernyitkan dahinya tak suka. "Maksud? Oh! Lo lebih percaya jalang kecil itu daripada sahabat Lo sendiri?! Hah!?" Teriak Xav marah.
"Sikap Lo yang kekanak-kanakan buat gue muak!!"
"Kok Lo nyalahin gue sih!"
"Itu fakta!" Agil melemparkan lembaran kertas berisikan hasil identifikasi foto itu. Dan juga kamera cctv yang dipasang agak jauh dari tempat kejadian. "Lo liat! Baca! Gak usah ketemu Rere kalo Lo masih kekanak-kanakan gini!" Setelah mengatakan apa yang ingin dia katakan, Agil berlalu pergi meninggalkan Xav dengan keterdiamannya.
Xav memutar rekaman cctv yang ada di flashdisk yang diberikan Agil, ia juga membaca lembar kertas tersebut. Disana tertulis, foto itu 50% hasil edit. Dan di video cctv, disana terlihat bahwa laki-laki itu yang mendekat dan memaksa Rere, bahkan Rere terlihat sangat ketakutan didalam video itu. Xav meremas kertas yang ada di tangannya itu lalu meraih ponselnya untuk menelepon oiz, sekertaris nya.
"Halo, gue butuh Lo buat cari seseorang. Secepatnya. Fotonya gue kirim sekarang!"
"Siap, pak!"
Tut
Panggilan Xav matikan, yang ada dipikirannya saat ini hanya Rere. Apakah perkataannya sangat melukai gadis itu? Apakah perlakuannya terakhir kali melukai gadis itu? Apakah ia keterlaluan? Saat ini Xav sangat merasa bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merah Putih, Alora (END)
Teen FictionMerah Putih (Alora) -Boleh aku berharap sedikit meskipun tau itu tidak mungkin?- Mungkin, aku adalah salah satu ceritanya. Tapi aku, bukanlah akhir untuk ceritanya. ••• Happy Read! Maafkan,masih banyak Typo direvisi kalau sudah end Bahasa Non baku. ...