Happy Reading
Kata dokter, operasinya berjalan lancar. Tapi, keadaan Rere tidak bisa dipastikan pulih sepenuhnya sebelum gadis itu benar-benar sadar dan bangun dari tidurnya. Sudah berjam-jam lamanya, tapi mata dengan bulu lentik itu belum juga terbuka.Xav yang sedari operasi selesai terus berada di samping gadisnya. Mengenggam erat tangan gadisnya. Reno, Anka dan yang lainnya sedang mengurus Kenan dan disa di kantor polisi. Azkya dan Cika mengurus ibu dari Rere yang ditemukan meninggal dunia dirumahnya, dan akan dimakamkan siang nanti.
Di ruangan serba putih ini hanya ada lora dan Xav, nera dan Vela katanya akan datang untuk mampir sebelum berangkat sekolah, tapi masih menunggu jemputan dari dika.
"Kak Ian? Makan ya? Dari semalem kata mami kakak belum makan," ujar lora mendekati Xav yang menatap Rere dengan sendu.
Percaya atau tidak, lora kini sedang merasakan sesak di dadanya.
"Gak laper, Ra."
"Tapi, kak- gimana nanti kalau kak Rere tau kalau kakak gak mau makan?" Lora mendudukkan dirinya di kursi yang berada disebelah Xav.
Xav menggelengkan kepalanya lesu. "Rere juga gak makan, Ra. Gue mau makan kalau Rere juga makan!" Lora menghembuskan nafasnya kasar.
"Kak Ian," panggil lora membuat siempu menoleh menatap lora.
"Tau gak? Tadi lora tanya ke dokter ganteng. Katanya, kak rere makan dari infus yang ada di tangannya itu. Untuk sekarang, kak Rere gak bisa makan nasi kotak, kak Ian."
"Kak, jangan kek gini. Kak Rere pasti sedih liat kakak gak bisa jaga diri. Kak Ian pasti mau jaga kak Rere kan? Tapi, sebelum itu kakak jaga diri kakak sendiri. Jangan biarin kak Rere sedih nanti kalau pas bangun ngeliat calon suaminya kurus dan pucat kek gini."
"Aku juga sedih, kak. Liat kakak khawatir ke kak Rere, rasanya buat hati aku makin hancur. Harusnya aku nganggep ini sebagai cinta monyet. Tapi, kenapa gak semudah itu?" Lanjut Rere didalam hatinya.
"Iya, gue makan."
"Gue gak mau Rere sedih," lanjut cowok itu sambil mengambil sekotak nasi yang ada di atas meja.
"Lo gak makan, re?" Pertanyaan xav membuatnya tersenyum tipis.
"Udah kok, kak."
"Saking fokusnya sama kak Rere. Kak Ian bahkan gak sadar selama ini ada aku dibelakang kakak. Jadi bayangan kakak, dan jadi figuran di cerita kalian berdua. Padahal disini aku pemeran utama."
Suasana hening kembali, Xav sudah selesai dengan makannya dan kembali duduk di kursi samping brankar Rere. Lora? Gadis itu duduk termenung menatap punggung tegap xav. Laki-laki itu masih memakai baju kemarin malam. Disuruh mandi dulu, tapi ditolak.
Huft
Ini sudah helaan nafas yang keberapa kali, lora bosan.
Tok tok
Ceklek
"Assalamualaikum,"
Lora dan Xav tidak menjawab, hanya tersenyum tipis saat melihat siapa yang datang. Nera, Vela, dan Dika. Dika langsung duduk di sofa sebelah lora, sedangkan nera dan Vela menghampiri Xav untuk mengucapkan sepatah kata untuk Xav.
"Yang sabar ya, kak?" Ucap nera dan Vela.
"Semoga cepet sembuh, kak." Setelah mendapat senyuman dari Xav, mereka berdua ikut mendudukkan diri di sofa panjang bersama lora dan Dika.
Dika, cowok itu menatap lora yang diam membisu, tidak biasanya lora mendiamai dirinya. "Ra? Kenapa?"
"Gak papa," ujar lora.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merah Putih, Alora (END)
Teen FictionMerah Putih (Alora) -Boleh aku berharap sedikit meskipun tau itu tidak mungkin?- Mungkin, aku adalah salah satu ceritanya. Tapi aku, bukanlah akhir untuk ceritanya. ••• Happy Read! Maafkan,masih banyak Typo direvisi kalau sudah end Bahasa Non baku. ...