Kita punya porsi kebahagiaan masing-masing.-Merah Putih-
Alora Zumaira Azryfia
Sebuah tiket berjumlah dua kini sudah terletak manis di tangan mulus dan lentik milik Rehana Pinkan, istri dari seorang Xaveian Alexis Jordan.Tiket ini adalah kado dari sahabat-sahabatnya, dan mereka semua juga merencanakan segalanya untuk Rere dan Xav.
Kedua pengantin baru satu minggu itu kini sudah siap dengan setelan santai, sweater couple dengan warna abu-abu bertuliskan 'Rexa', dengan Xav yang mengenakan celana jeans hitam. Sedangkan Rere mengenakan rok plikset hitamnya. Lengkap dengan dua koper. Keduanya tampak serasi, seperti anak ABG yang sedang dimabuk cinta. Bedanya, mereka ini pacaran versi halal.
Beberapa orang yang turut hadir untuk mengantar, menatap geli ke arah dua sejoli yang asik sendiri, melupakan kalau ada orang lain selain mereka.
"Aduh, jantung gue sakit melihat ke uwuan yang sangat mengganggu jiwa kejombloan gue," ujar seseorang heboh. Dia kasya, siapa lagi kalau bukan si heboh satu ini.
"Hati gue terbang nih, kemana ya? Apa karena sakit hati ngeliat ke-uwuan?" Aji si yang tidak mau ketinggalan heboh ikut menimpali perkataan kasya.
"Allhamdulilah, anak Sholeh tidak jomblo lagi. Bebs, kapan mau nikah?" Suara menyebalkan dari Stevan yang kini tengah merangkul pundak seorang gadis yang sudah berhasil menjadi kekasihnya. Tapi, bukan pacaran. Cuma membangun komitmen.
"Tangan Lo mau dipatahin? Dicincang jadi barbeque? Atau direbus terus kasih makan anjing?" Sudah pasti suara Agil dong, Abang posesif se-Avatar. Melihat Ema yang dirangkul dan hanya diam, tentu saja memancing emosi Agil yang sebenarnya belum setuju dengan hubungan mereka berdua. Sehari setelah resepsi Xav dan Rere. Ema memutuskan untuk mualaf secepatnya.
Tidak habis pikir dengan jalan cinta. Laut sedalam samudera pun diselami.
"Galak amat!" Gerutu Stevan sambil melepas rangkulannya.
"Ei, jangan gitu lu sama Agil. Restu dan nyawa Lo ada di tangan dia soalnya," celetuk aji membuat mereka kembali tertawa.
Stevan berdecak sebal. Terkadang ia merasa bingung, sahabatnya ini tidak pernah baik kepadanya. Atau mungkin Stevan yang tidak pernah bersyukur? Soalnya dikasih hati, mintanya jantung.
Semua ada disini, kecuali Keysa si pemuda sibuk. Anka dan lora juga ada, tapi lora masih lengkap dengan seragam sekolahnya, dan lengkap pula dengan seorang cowok yang ia seret dengan paksa untuk ikut menemaninya ke bandara. Padahal kan ada Anka.
Dani alias dadang, lora memang masih mencetak nama Xav di hatinya. Tapi, perlahan ia mulai mengecat ulang dengan nama Dadang. Katanya, Dadang itu lucu dan menggemaskan. Tipenya sekali.
"Gue sama rere berangkat, ya?" Xav berpamitan pada semuanya saat mendengar pengumuman keberangkatan mereka.
"Yoi! Doain gue ya disana, semoga-
"Semoga cepat dijemput Izrail, doain Xav!" Potong Agil cepat saat Stevan akan mengatakan sesuatu. Hal itu tentu membuat Stevan berdecak kesal. Sungguh, Agil ini memiliki dendam apa sih?!
Xav hanya bisa tertawa sambil menggelengkan kepalanya, ia menatap Rere yang kini berpelukan dengan lora. Xav menampilkan senyumnya, Rere adalah wanita yang ia cintai, sedangkan lora sudah seperti adiknya yang ia sayangi. Siapapun yang menyakiti lora, Xav berjanji akan memberi pelajaran yang setimpal pada orang itu. Walaupun lora bersikap biasa, tapi di dalam lubuk hati yang terdalam, Xav merasakan rasa bersalah pada lora karena memberi gadis itu harapan palsu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merah Putih, Alora (END)
Teen FictionMerah Putih (Alora) -Boleh aku berharap sedikit meskipun tau itu tidak mungkin?- Mungkin, aku adalah salah satu ceritanya. Tapi aku, bukanlah akhir untuk ceritanya. ••• Happy Read! Maafkan,masih banyak Typo direvisi kalau sudah end Bahasa Non baku. ...