Random

14 7 0
                                    


Happy Reading


"Aji ikut!"

Rere menggelengkan kepalanya menatap Xav dengan tatapan memohon. "Plis, Xav. Ini tugas kuliah, gak aku sendiri kok yang kesana."

"Apa salahnya sih kalo aji ikut?!"

"Ya salah lah, aji kan bukan kelompok aku, Xav! Lagian banyak  rombongannya ada 10 anggota termasuk aku. Jadi, aman aja." Rere menggenggam tangan Xav memberi keyakinan pada kekasihnya itu bahwa dia akan baik-baik saja.

Sedangkan, aji. Laki-laki itu hanya bisa terdiam sambil menatap Xav dan Rere secara bergantian. Bisa-bisanya Xav memanggil dirinya yang benar-benar sedang sibuk hanya untuk membuntuti Rere untuk pariwisata ke Bandung? Yang benar saja!

Sebenarnya bukan pariwisata, tapi lebih ke survei menyurvei. Ah! Masa bodo, aji kan tidak kuliah, mana mengerti dia. Tapi, yang jelas itu adalah tugas kuliah.

Yang dimasalahkan Xav adalah, Bandung itu jauh, dan Rere akan menginap. Sedangkan sekarang teman-temannya berada di Jakarta semua untuk libur semester termasuk Stevan dan Ema. Ada anggota Avatar yang masih aktif di Bandung, tapi Xav tidak bisa memberikanan Rere begitu saja pada mereka yang tidak terlalu dekat dengannya.

"Kenapa gak Lo aja sih yang nemenin Rere?" Akhirnya, pertanyaan yang sedari tadi ia tahan terucap juga sekarang.

Xav menatap aji tajam. "Gue harus cari Kenan! Dan gue lagi sibuk-sibuknya di kantor, apalagi skripsi gue yang gak selesai-selesai. Gue mau lulus tahun ini, supaya bisa nikah sama Rere, ngertiin gue kek!" Aji dan Rere melongo tak percaya, Xav berbicara sangat panjang kali lebar.

Setelah sadar, aji memutar bola mata malas. "Lo kira gue gabut doang? Gue juga sibuk ngurusin cabang cafe gue di sini! atas perintah Lo juga kan? Nyuruh gue buka cafe dekat kantor Lo? Lupa?"

FYI, sebelumnya Xav pernah meminta aji untuk membuka cabang baru di dekat cafenya, agar ketika mereka kumpul bersama jaraknya tidak jauh.

"Tuh, udah gak papa sayang. Aku bisa sendiri. Janji bakalan jaga diri baik-baik deh, ya??" Rere memasang wajah melasnya, berharap akan diizinkan.

Xav menghembuskan nafas kasar. "Oke, tapi jangan lupa kabari aku setiap apapun yang kamu lakuin disana. Maaf, aku gak bisa nemenin-

"Yes! Allhamdulilah. Janji! Janji! Gak papa kamu gak nemenin aku, makasih sayang."

"Ck! Gue eneh ngeliat para bucinners. Kalo gak dibutuhkan lagi, hamba mohon undur diri, yang mulia." Aji membungkukkan badannya 90° layaknya seorang pelayan pada rajanya.

"Yaudah sana!"

"Yiidih sini. Awas Lo! Gue gak akan dateng kalo Lo butuh lagi! Huh!"

BRAK!

Rere dan Xav menggelengkan kepalanya melihat kelakuan aji yang keluar dari ruangan dengan membangun pintu cukup keras.

"Kapan berangkat?"

"Besok."

•••

"Kapan dia berangkat ke bandung, len?" Tanya Kenan menatap Alen yang sedang duduk bersandar pada sofa dihadapannya.

"Besok, dia nginep dua hari."

"Oke, bagus."

"Lo ikut juga?" Tanya kenan dibalas gelengan dari Alen.

"Gue capek. Lo aja, gue ada urusan lain. Gak papa kan?" Kenan menganggukkan kepalanya dengan tersenyum tipis.

"Bentar lagi,"

Kenan sudah menyusun rencana untuk mengurus Rere. Beruntung sekali dirinya mendapatkan Alen yang siap menjadi mata-matanya meski harus mengubah semua penampilannya.

Merah Putih, Alora (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang