Jebakan

10 7 0
                                    


Happy Reading

Pagi-pagi sekali dua sejoli itu sudah ribut hanya karena masalah sepele yang sebenarnya tidak harus dipermasalahkan.

Tapi,

"Ini masih pagi, sayang.. masa jam segini udah berangkat sih?" Rere memutar bola matanya malas saat mendengar rengekan dari Xav. Dan apa tadi? Masih pagi? Jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan lewat. Ini saja ia sudah diomeli teman sekelompoknya.

"Kamu mau aku di depak dari kampus? Harusnya kelompok aku berangkat jam 6, tapi sekarang jadi telat karena aku." Rere mendegus sebal. Gadis itu menarik koper mini nya yang sudah siap beserta tas ransel yang berisi peralatan penting, termasuk laptopnya.

Xav mengerucutkan bibirnya. "Aku masih kangen. Gak tau kenapa, aku gak rela kamu pergi." Xav memeluk Rere dari belakang. Tanpa sadar, Xav dan Rere sudah berada di luar apartemen menunggu jemputan teman-temannya.

Katanya, karena kesiangan jadi langsung berangkat dari rumah Rere. Yang lain sudah kumpul, tinggal Rere seorang yang masih terhambat karena kekasihnya yang menjelma menjadi sangat manja.

"Sana ih! Kamu ada meeting pagi kan? Gak sadar situ masih pake piyama Pororo?" Xav menatap dirinya sendiri, ia merutuki dirinya yang pelupa. Tapi, untuk saat ini ia mencoba tidak ingin peduli. Masa bodo lah!

"Biar aja! Kalo aku ganti dulu, kamu pasti udah ilang. Aku tungguin kamu dijemput! Gak ada penolakan!"

Akhirnya Rere menyetujuinya dengan pasrah. Mereka berdua duduk di kursi panjang yang berada di halaman apartemen. Sambil menatap jalanan yang sunyi dengan Xav yang betah memeluknya dari samping.

"Sayang, janji ya di sana jaga diri?"

"Hm."

"Setiap satu jam-enggak! Setiap setengah jam sekali telepon aku!" Ucap Xav penuh penekanan.

"Heh! Abis pulsaku-

"Udah aku beliin 200 ribu! Gak ada alesan!" Rere menepuk jidatnya pelan. Astaga, ini kenapa jadi gantian Xav yang bucin gak ada obat?

"Iya iya!"

Tin tin!

Keduanya sontak menoleh ke depan, disana sudah ada dua mobil hitam dan putih. Anjay, kek judul lagu. Skip!

"Aku berangkat ya, sayang."

Belum sempat Rere pergi, Xav memeluknya dengan sangat erat lalu mencium kening gadisnya itu dan memeluknya lagi kemudian tersenyum tipis. "Hati-hati, sayang!"

Rere mengulum senyumnya, pipinya sudah sangat panas sekarang. Apalagi dihadapan mereka ada banyak pasang mata yang melihat. "Iyaaa!"

Xav melambaikan tangannya saat mobil bergerak pergi, lalu ia menghela nafas kasar. "Perasaan gue gak tenang." Xav memegangi dadanya yang tiba-tiba sesak.

••••

"Bucin teros!" Sindir salah satu temannya. Ia berada di mobil berwarna hitam. Di dalam mobil ada lima orang. Tiga laki-laki, dan dua perempuan termasuk Rere.

Yang menyindirnya tadi bernama, Arman. Laki-laki jadi-jadian, kelamin doang jantan, tapi mulut kek perempuan. Lambe turah! Pemuda itu duduk di tengah-tengah antara Rere dan Mia, teman kampusnya.

Laki-laki yang mengemudi bernama, alif. Disebelahnya, pemuda berbeda jurusan, namanya Aril. Triple A, kalo kata Mia.

Oke, sekian perkenalan singkatnya. Balik ke story!

"Btw, laki Lo imut banget pake piyama Pororo," celetuk Mia membuat Rere tersenyum tipis.

"Lagi mode posesif dia, gue telat juga karena dia-

Merah Putih, Alora (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang