" Bunda sama Ayah harus ke rumah Aquila sekarang, Regan mohon jangan biarin Aquila pergi bawa anak Regan. Semua ini salah Regan, nanti Regan akan terima apa pun hukuman yang akan kalian kasih. Tapi tolong bantu Regan buat bisa bertanggung jawab atas Aquila dan anak Regan" pintanya dengan memohon, bahkan matanya sudah mengeluarkan air mata dengan deras.
Bara memegang tangan putranya guna memberikan kekuatan, ia benar-benar tidak bisa melihat putranya sedih apalagi menangis seperti ini. Kekecewaan pada Regan tidak bisa ia rasakan, tapi ia merasa begitu bersalah karena kelakuan buruknya di ikuti sang putra.
" Bunda kecewa banget sama kamu, tapi Bunda juga gak bisa mendahulukan emosi kan? Bunda sama Ayah akan pergi sekarang ke rumah Aquila!" kata Renatha lalu pergi begitu saja dengan wajah kecewa. Regan tau kesalahannya tidak bisa di maafkan, pasti sang ibu sangat kecewa karena kelakuan bejat yang telah ia perbuat.
Bara melihat sang istri keluar dari kamar inap Regan begitu saja dengan wajah murung, sudah pasti Renatha sangat sedih dengan kejadian ini. Terlebih dulu wanita itu juga pernah mengalami hal yang sama dengan Aquila, hamil sebelum menikah.
"Ayah tinggal kerumah Aquila dulu ya, kamu yang tenang. Jangan lakukan apa pun sebelum ayah sama bunda datang." ujar Bara begitu lembut.
"Tolong bawa Aquila, dia hidup Regan Yah. Kalau dia pergi bersama anak Regan, maka seluruh hidup Regan akan hancur. Regan nggak mau kehilangan mereka hiks hiks." mohon nya sambil terus menggenggam tangan ayahnya erat.
"Ayah janji akan bawa Aquila, tapi kamu harus tenang ya. Sekarang kamu istirahat dulu, dan jangan lupa berdo'a agar kami tidak di tolak oleh kakak Aquila. Ayah pergi dulu, kamu jangan nangis lagi." kata Bara menahan air matanya yang ingin keluar.
Sebelum pergi, Bara mencium kening putranya pelan. Ia sungguh tidak bisa melihat Regan terpuruk seperti sekarang ini. Rasanya sangat sakit saat anak yang selama ini ia ingin bahagiakan sekarang menangis. Itu sangat menyakiti hatinya.
Sepeninggalan Ayah dan ibunya, Regan semakin menangis. Merukuti kebodohannya yang telah merusak masa depan Aquila. Ia benar-benar menyesal karena terlalu emosi.
"Arhk, Aquila maaf. Hiks hiks maaf karena aku masa depan kamu jadi hancur. Maafin aku Aquila." tangis Regan semakin keras, bahkan ia sampai memukul kepala dan wajahnya. Tanpa mempedulikan kondisinya yang sudah begitu parah.
Regan terus menangis meratapi kebodohan, penyesalan terus membuatnya tak bisa tenang. Selama ini ia sudah belajar ilmu agama dengan sangat baik, tapi semuanya itu tidak ada gunanya lagi karena kesalahan fatal yang ia perbuat.
***
Dalam perjalanan menuju kediaman Aquila, Renatha hanya diam melihat pemandangan di luar jendela. Pikirannya kacau, Regan putranya yang selalu melakukan segalanya dengan baik melakukan dosa besar.
" Aku gagal mendidik Regan, apa aku bukan ibu yang baik sehingga dia bisa melakukan hal itu. " suara serak Renatha membuat dada Bara sesak
Istrinya yang tengah hamil perasaannya sangat sensitif, suasana hatinya juga sering berubah-ubah. Akan tetapi masalah besar kini menerpa kedamaian rumah tangga mereka yang membuat Renatha sangat sedih.
" Kamu ibu yang hebat, semua yang kamu ajarkan kebaikan jadi kamu berhasil menjadi ibu yang sempurna bagi anak-anak. " kata Bara jujur
" Tapi kenapa Regan malah berbuat keji seperti ini? Apa yang sebenernya dia pikirin? Kenapa dia harus jadi laki-laki brengsek " Renatha terus berbicara tanpa menatap Bara.
Matanya sudah berkaca-kaca mengingat pengakuan Regan tadi, selama ini Regan selalu mendapat kepercayaan dari Renatha untuk melakukan apapun yang dia mau. Tapi sekarang Regan menyalah gunakan kepercayaan sang ibu dengan berbuat kesalahan fatal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fated Love [END]
Romance"Bisa dibaca bab lengkapnya di Fizzo" "Aquila hamil anak aku, Bunda!" suara serak itu membuat semua orang terkejut. Aquila yang akan membuka pintu menegang, ia tak menyangka Regan akan sadar saat dirinya belum pergi dari sana. Ditambah lagi kini Ren...