bab 45

1K 141 7
                                    

Halooo

Sebelumnya aku mau minta maaf karena dua bulan ini aku jarang aktif di wattpad dan jarang up.
Karena kemarin aku lagi sibuk banget sama tugas kuliah yang bener-bener nggak bisa dibawa santai.

Dan sekarang, aku mau up untuk menyapa kalian sebelum aku ujian. Dan kemungkinan selama seminggu besok, aku belum bisa up lagi. Jadi Minggu ini aku usahakan akan up kemungkinan dua kali.


Terimakasih untuk yang masih menunggu..
Dan terimakasih untuk kalian yang sudah memberikan support..



Selamat membaca



Semoga kalian baik-baik saja ya

Jaga kesehatan.


Renatha, wanita cantik yang sudah memiliki empat orang anak itu menatap horor semua belanjaan yang berserakan di depan pintu utama. Ia membuang nafas kasar, bahkan tak bisa berkata-kata karena semua belanjaan itu kini berserakan. Dengan kesabaran ekstra seperti biasa, Renatha mengambil putri cantiknya dan berjalan menuju ruang kerja sang suami. Melihat istrinya datang ke ruang kerjanya, membuat Bara menatap heran. Karena wajah Renatha terlihat tidak bersahabat.

"Jagain Giselle bentar." setelah mengatakan itu, Renatha langsung meninggalkan ruang kerja suaminya.

"Bunda kamu kenapa deh, aneh banget." kata Bara, sembari menatap putrinya yang juga menatap dirinya.

Tak mau ambil pusing, Bara memilih untuk bermain dengan Giselle. Sedangkan Renatha langsung pergi ke kamar putranya sulungnya dengan wajah tidak bersahabat. Tanpa bertele-tele, Renatha menggedor pintu kamar Regan dengan keras.

"Bunda nggak sopan banget, Regan mau mesra-mesraan sama Aquila. Kenapa palah kesini." dengkus Regan, wajahnya sudah tidak bersahabat karena terus mendapatkan gangguan saat ingin bermanja-manja pada sang istri.

Bukannya menjawab, Renatha langsung menjewer telinga putranya dan membawanya ke ruang utama. Diikuti oleh Aquila yang penasaran, karena ibu mertuanya tiba-tiba menjewer sang istri.

"Lihat, rumah Bunda jadi berantakan gini gara-gara kamu. Semua belanjaan berserakan karena dilempar ke sembarang arah sama Giselle. Ih, kamu ini buat Bunda geregetan." Renatha semakin menjewer Regan dengan kesal.

"Aduh, Bun lepasin Bun. Yang buat berantakan Giselle, kenapa abang yang di jewer?" protes Regan, sambil memegangi telinganya yang terasa panas.

Ini pertama kalinya dia di jewer oleh sang Bunda, sangat memalukan. Padahal dirinya sudah punya anak, tapi kenapa harus di jewer segala. Citra anak baiknya memudar setelah menikah, Regan juga jadi laki-laki payah sekarang. Terlebih didepan istri dan anaknya, ia semakin terlihat tak berdaya saat ada di rumah.

"Ya kan salah kamu, yang belanja kan kamu. Dan yang naruh sembarangan juga kamu, jadi kamu yang harus di jewer." sewot Renatha.

Melihat ibu mertuanya pasrah dan ingin kembali marah melihat rumahnya berantakan membuat Aquila mendekat. Lalu memijat pundak ibu mertuanya lembut.

"Sabar, ya Bunda. Anak bunda yang ini emang agak ngeselin akhir-akhir ini." kata Aquila.

"Huh, udahlah. Bunda capek ngadepin triplet, ayo temenin bunda buat rancangan baju aja." Renatha menarik tangan menantunya pergi meninggalkan Regan.

"Heh, itu istri Regan kenapa dibawa Bun?" teriak Regan kesal.

Akhirnya Regan memberikan semua belanjaan yang berantakan. Tadinya ia berniat ingin berduaan dengan Aquila, mumpung Vincent sedang bersama Andre. Tapi ada saja gangguan untuk menikmati waktu berdua dengan Aquila. Regan bahkan sering merasa tidak memiliki istri, karena putranya merebut semua perhatian Aquila.

Fated Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang