bab 46

884 112 5
                                    

Haloo
Lama tidak jumpa, maaf lama datang. Ada banyak hal buruk terjadi yang membuat jiwa ku terluka.


Selamat membaca
Warning Typo ❗❗❗

Setelah semuanya berkenalan dengan Andre, dan semua orang menerima kakak kandung dari Aquila. Kini mereka semua berkumpul dengan canda tawa yang lebih membahagiakan dari sebelumnya. Kini, tak ada lagi rasa takut atau khawatir karena Andre belum memberikan restu untuk Regan dan Aquila. Laki-laki kaku, yang kini mulai menerimanya takdir tuhan, dia berusaha untuk menjadi kakak yang baik untuk Aquila.

"Kamu mau kasih tau kak Andre soal kak Stella dan anaknya?" bisik Regan.

"Aku nggak akan kasih tau kakak, karena ini hak kak Stella. Kita ikuti aja alur cerita mereka." Aquila melirik sekilas pada kakaknya yang sedang fokus bermain dengan Vincent.

Regan mengangguk mengerti, ia juga sudah berjanji pada Stella untuk tidak memberitahu apa pun pada Andre. Karena Stella sendiri yang akan memberitahu semuanya.

"Astaga, kalian jangan mesra-mesraan terus dong. Hargai yang jomblo." ujar Rain, kakak dan kakak iparnya memang tidak bisa berhenti bermesraan sejak kembali bersama.

Regan yang dulunya sangat cuek dan dingin, kini mendadak menjadi lelehan es yang sudah mencair. Keduanya juga semakin mengumbar kemesraan saat bersama banyak orang.

"Jomblo mending jauh-jauh, daripada nanti sawan gara-gara iri sama yang udah nikah." usir Regan, mendorong bahu adiknya agar segera pergi meninggalkan dirinya dan sang istri.

Andre melihat Regan yang begitu menjaga adiknya, ia tersenyum senang bisa melihat semua ini. Dan ia juga bersyukur keluar besar Regan mau menerima dirinya untuk menjadi bagian dari mereka. Sudah sangat lama sekali, semenjak kedua orangtuanya meninggal. Ia dan Aquila  tidak pernah lagi merasakan apa itu berkumpul bersama keluarga.

"Kamu anak yang beruntung, terlahir di keluarga yang penuh kasih sayang. Maafkan uncle ya, karena dulu memisahkan kamu sama mommy." ucap Andre penuh penyesalan. Ia mendekap tubuh gembul Vincent dengan erat, anak itu sejak tadi memang bersama Andre. Sampai sekarang tertidur di pelukan pamannya.

"Ucah cocok loh, jadi bapak." celetuk Revan, menghampiri Andre yang terus memeluk Vincent dengan sayang.

"Kamu duluan saja yang jadi bapak, saya masih mau menikmati masa muda." ujar Andre, membuat Revan mendelik tak percaya.

"Gue masih mau kuliah, kak Andre duluan aja." kata Revan sembari menoel-noel pipi gembul keponakannya yang sudah sangat nyenyak.

"Lucu banget, jadi pengen punya juga." gemas Revan.

"Buat aja, siapa tau dapat yang lebih menggemaskan dari Vincent." ceplos Andre.

"Heh, gila. Gue belum nikah, nakal-nakal gini, gue nggak mau bercocok tanam sebelum waktunya. Sesat nih orang." teriak Revan tak santai.

Mendengar suara Revan yang sangat keras, membuat Vincent terbangun dan menangis. Anak itu berteriak dan menendang-nendang kakinya ke udara, hingga Andre kerepotan dan nyaris terjatuh.

Melihat putranya menangis dengan kencang, membuat Regan segera mendekati kakak iparnya dan mengambil alih sang putra. Disusul Aquila, ia tampak khawatir mendengar suara putranya menangis sampai seperti itu. Melihat Vincent tak kunjung diam, Aquila mengambil putranya dari gendongan sang suami. Menepuk pelan punggung balita berusia satu tahun itu dengan pelan.

"Ck, kamu ini." Andre menyikut perut Revan pelan, kemudian mengikuti Aquila dan Regan yang lain juga menenangkan putra mereka.

"Kok malah gue yang disalahin, gue kan cuma berbicara fakta. Dasar kak Andre nggak pinter." Revan mendengkus kesal.

Fated Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang