"Mimaaa! Look, who's heree!" suara Nira bergema ke seantero rumah.
Aku segera meninggalkan sepanci soto yang masih berproses. Tak lupa mengecilkan api kompor terlebih dulu.
"Siapa?" tanyaku sambil berjalan ke ruang depan.
Laki-laki jangkung yang masih memakai seragam pilot dengan tiga bar di kedua pundaknya langsung tertangkap netraku.
"Om Langit's here, Mimaaa!" ucap laki-laki itu sambil melangkah juga ke arahku.
Langit Megantara. Adiknya Mas Angkasa. Kalau Mas Angkasa memilih menjadi pilot penerbang seperti Ayahnya. Adiknya ini memilih menjadi pilot pesawat komersil.
"Makin ganteng aja sih kamu." ucapku begitu kami saling melepaskan pelukkan.
Langit berdeham sambil mengusap rambut dengan tangannya, "Pasti dong. Kegantenganku tuh selalu bertambah setiap harinya lho. Iya kan, Xen?"
"Couldn't agree more!" jawab Nira dengan kencang.
Aku tertawa pelan, "Paling bisa nyari pendukung."
"Allen mana?" tanyanya sambil melihat sekeliling.
Dibanding mengikuti ketetapanku memanggil anak-anak dengan Nira dan Kara, Langit memilih memanggil mereka dengan nama depan. Xena untuk Nira dan Allen untuk Kara. Biar beda katanya.
"I'm here, Om Langit!"
Kara berlari menuju Langit dan langsung naik ke dalam gendongan Langit.
"Aduh, Allennya Om Langit kok makin berat aja sih?" tanya Langit begitu Kara sudah dalam gendongannya. "Dimasakin yang enak-enak terus sih ya sama Mima?" sambungnya.
Kara langsung mengangguk cepat.
"Ayo turun. Kasian Om Langit capek."
Kara segera turun dari gendongan Langit dan menyusul Nira yang sudah kembali asik dengan lego-lego sambil menonton Paw Patrol. Meskipun sudah berumur tujuh tahun, anak-anakku memang masih menjadikan kartun ini sebagai tontonan favorit mereka.
"Mereka masih suka minta puppy yang kayak Paw Patrol?"
"Duh jangan ditanya. Tiada hari tanpa celotehan mereka yang minta pelihara puppy like Marshall and the gank itu."
Saking cintanya dengan kartun itu, Nira dan Kara memang sudah sampai ditahap memintaku mengizinkan mereka untuk pelihara puppy. Sudah pasti kutolak. Fokusku cukup dengan mengurus mereka. Sama sekali nggak pengen untuk terbagi dengan si puppy.
"Taruh kopermu di kamar depan. Sudah aku siapkan, khusus untuk Langit yang lagi turun ke dataran ibu kota."
Langit lantas tertawa pelan, "Thank you so much, Mima."
Langit memang berencana menginap untuk tiga hari kedepan. Sengaja mengambil cuti dua hari agar bisa menginap di sini dan main bersama Xena dan Allennya. Maklum, semenjak Langit memutuskan pindah base ke Bali, mereka jadi jarang bertemu.
"Sudah sana ke kamar dulu. Aku lagi masak buat makan siang."
"Masak menu pesananku kan?"
"Hmm."
"Yes! Okay, aku beres-beres sekalian mandi dan ganti baju dulu kalau gitu." sahutnya lalu bergegas menuju ke kamar tamu sambil menggeret kopernya.
---
"Belum tidur?"
Aku menolehkan kepalaku ke asal suara. Langit berjalan ke arahku yang masih duduk di sofa ruang tamu sekaligus ruang keluarga di rumah minimalis ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Nirankara
Short StorySetelah meninggalkan kota yang penuh romansa dan problematika masa mudanya selama bertahun-tahun, Nou memutuskan untuk kembali hidup di kota itu. Tak hanya sendiri, kini dia kembali bersama dua alasan terbesarnya untuk tetap kuat menjalani hari-hari...