Tegakkan sandaran kursi atau ambil posisi ternyaman kalian yaa. Hampir 1500 kata nih bareng Angkasa's Squad✨
---//---
Beberapa bulan kemudian..
Aku tersenyum melihat foto keluarga kami yang tergantung di dinding ruang tamu. Ada rasa hangat yang menyusup ke dalam dadaku setiap melihat foto keluarga pertama yang kami miliki ini. Mas Angkasa mengenakan seragam dinasnya, aku dengan seragam PIAku, dan anak-anak yang kompak menggunakan baju berwarna biru langit. Nira dengan dress selutut, bando pita berwarna putih, kaos kaki sebetis yang juga berwarna putih, dan flat shoes berwarna hitam. Kemudian Allen dan Maka kompak memakai kemeja, celana panjang berwarna khaki, dan sneakers. Lalu yang membuatku lebih bangga adalah semua pakaian yang anak-anak kenakan merupakan hasil karyaku.
"Assalamualaikum, Mimaaa!"
Suara salam dari si kembar menyadarkanku.
"Wa'alaikumussalam."
Nira dan Allen langsung mencium tanganku lalu bergantian mencium gemas pipi Maka.
"Papanya mana?" tanyaku karena tak melihat Mas Angkasa bersama mereka.
"Langsung balik ke kantor, Mima." jawab Allen.
"Mau ada latihan gabungan atau latihan bersama gitu katanya." sambung Nira.
Tanpa kusadari, aku menghela nafasku. Maka bergerak-gerak di gendonganku. Kalau sudah begini, biasanya minta diturunkan dan bermain dengan kakak-kakaknya.
"Sebentar ya, sayaang. Mas sama Mbak mau ganti baju dulu." ucapku pada Maka yang sudah memasang wajah sedihnya karena Nira dan Allen sudah masuk ke dalam kamar mereka.
Aku lantas menurunkan Maka dari gendonganku ke atas karpet yang ada di depan televisi. Tak berselang lama, Nira dan Allen keluar dari kamar dan sudah mengenakan pakaian rumahan mereka.
"Mima titip Maka sebentar yaa. Mau siapin makan siang dulu."
"Siap, Mima!" seru Nira dan Allen kompak. Sedangkan Maka bertepuk tangan sambil menyunggingkan cengiran gemasnya.
Aku bergegas ke dapur untuk menyiapkan makan siang. Sayur bening bayam wortel, tempe goreng, dan juga ayam goreng sudah selesai aku masak beberapa saat lalu, tinggal aku sajikan di meja makan saja. Untuk Maka juga sudah aku siapkan bubur yang kubuat sendiri. Siang ini menunya adalah nasi, kukusan bayam dan wortel, kukusan daging ayam, dan kutambahkan dengan keju, yang kemudian semuanya diblender sampai halus.
"Ayo kita makan siang dulu." ucapku pada anak-anak yang sedang asyik main lego sambil menonton televisi.
Aku menggendong Maka dan berjalan kembali ke ruang makan diikuti Nira dan Allen. Aku mendudukkan Maka di kursi khusus makannya yang bersebelahan dengan kursiku. Sedangkan Allen dan Nira langsung duduk di kursi mereka masing-masing yang berada di seberangku dan Maka. Aku melirik kursi yang seharusnya diisi oleh Mas Angkasa. Baru begini saja, aku sudah merasakan kekosongan. Bagaimana jika nanti dia sudah pergi dinas?
"Mamamamamamm." suara Maka mengalihkan perhatianku.
Aku tersenyum lebar begitu melihat wajah ceria Maka yang sudah tidak sabar menyantap jatah makan siangnya. Beberapa hari lalu, Maka sudah resmi mendapat asupan tambahan selain ASI. Perasaan baru kemarin aku melahirkannya, ternyata sudah enam bulan berlalu sejak kelahiran Makaizar yang semakin hari semakin mirip Mas Angkasa ini.
---//---
Kegiatan malam setelah Nira dan Allen belajar adalah bersantai di depan televisi. Aku duduk lesehan bersandarkan sofa. Mas Angkasa merebahkan badannya di atas karpet bulu dengan berbantalkan pahaku. Di atas perutnya ada Maka yang sedang berceloteh riang dan disambut dengan antusias oleh Papanya. Sedangkan Nira dan Allen sedang fokus menonton kartun Hotel Transylvania. Sederhana namun selalu sukses membuatku terharu dan sangat bersyukur atas segalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nirankara
Short StorySetelah meninggalkan kota yang penuh romansa dan problematika masa mudanya selama bertahun-tahun, Nou memutuskan untuk kembali hidup di kota itu. Tak hanya sendiri, kini dia kembali bersama dua alasan terbesarnya untuk tetap kuat menjalani hari-hari...
