tiga•puluh•tiga

164 36 47
                                    

Ciyeee aku kasih bonus update ciyeee🫶🏼

---

"Jadi ini ide Bunda kalian tiba-tiba ke sini ngasih kejutan?" tanya Mas Angkasa sambil berjalan santai di sebelahku.

Saat ini jam enam pagi dan aku sedang menemani Mas Angkasa berolahraga. Kami sudah berlari enam putaran komplek dan saat ini sudah tinggal pendinginan dengan berjalan santai kembali menuju rumah.

"Iya. Tiba-tiba aja Tante Mega ngide ngajak kami ke sini. Langsung cari tiket pula buat Jumat malam dan pulang besok Minggu. Supaya anak-anak nggak perlu izin sekolah katanya."

"Tapi tetap aja capek. Delapan jam lebih lho perjalanan kalian. Senin tetap izin sekolah aja biar bisa istirahat dulu."

"Siap, Kapten Angkasa Megantara!" sahutku cepat.

"Walaahh Mas Angkasa sama siapa iki kok ayu men ta si Mbaknya." ucap seorang Ibu-Ibu yang berjalan berlawanan arah dengan kami.

"Eh, Bu Rosa. Ayu nggih Bu si Mbaknya?"

"Hm'm, Mas Angkasa. Sapa ta iki, Mas?? Baru kali ini lihat Mas Angkasa sama Mbak-Mbak gini. Sepurane nggih jadi kepo gituu namanya ibuk-ibuk."

Bu Rosa terkekeh pelan dan diikuti oleh Mas Angkasa yang ikut tertawa pelan juga.

"Oh iya kenalin Bu, ini Nou. Insya Allah calon, Bu. Kalau memang jodohnya." jawab Mas Angkasa santai. Sedangkan degup jantungku langsung nggak santai begitu mendengar jawabannya.

Aku langsung mengulurkan tanganku, "Saya Noushavarina, Bu. Bisa panggil Nou aja." ucapku seraya tersenyum. Bu Rosa langsung menjabat tanganku dan menyebutkan namanya.

"Walah walah walaaah. Pantesan selama ini ndak pernah kelihatan deket sama ciwi-ciwi, ternyata wis ono pemilik hatine ta, Mas Angkasa. Waah akeh sing patah hati iki jebule, Mas. Mas Angkasa ki uuakeeh sing naksir lho, Mbak. Tapi ra ono sing digubris. Eh Mbaknya ngerti bahasa jawa ndak ya? Intinya Mas Angkasa banyak yang naksir tapi ndak ada yang nyantol gitu, Mbak."

Aku lantas menyunggingkan senyumku sambil mengangguk-anggukan kepalaku.

"Memang siapa aja Bu yang naksir sama Mas Angkasa?" tanyaku iseng lalu melirik Mas Angkasa.

"Wah buanyak, Mbak. Putrine komandan ae yoo kesengsem karo Mas Angkasa. Eh maksudnya anaknya Pak Komandan aja suka sama Mas Angkasa. Belum lagi yang lain-lainnya. Kata suami saya, di kantor sama di lingkungan juga banyak junior-junior yang naksir sama Mas Angkasa lho, Mbak."

"Oh yaa? Sampai anak komandan ada yang suka juga Bu sama Mas Angkasa?" tanyaku lagi sambil melirik Mas Angkasa yang terlihat mulai salting.

"Ho'oh, Mbak. Cuma ya gitu, Mas Angkasa selalu jaga jarak. Sekarang saya jadi paham sih kenapa Mas Angkasa kayak gitu. Lha wong diem-diem wis ndue Mbak Nou sing ayune koyo ngene oo. Wislah Mas Angkasa nek wis jejeg mantep karo Mbak Nou ki buru-buru disahkan. Emange ndak khawatir ta Mbak Nou ditikung ro lanangan liyane saking ayune koyo ngene. Jarak jauh pula, opo ta kuwi jenenge? LDR?"

Aku dan Mas Angkasa kompak tertawa ringan.

"Doakan nggih, Bu Rosa. Semoga disegerakan. Mbak Nou yang belum mau iki lho, Bu."

"Walaaah emange kenapa ta Mbak kok belum mau? Saingannya Mbak di sini banyak lho. Harus ekstra waspada dan segera diikat Mas Angkasanya. Lha wong sing wis diikat ae isih iso ketikung, opo meneh sing isih bebas ngene. Ya ta, Mas Angkasa? Gek gelis lho, Mas. Nanti tak bilang ke bojoku ben sat set dibantu pengajuane Mas Angkasa dan Mbak Nou ke kantor."

"Gampang lah itu, Bu. Insya Allah didoakan aja supaya saya sama Mbak Nou ini bisa segera sah."

"Aamiin aamiin aamiin.. Yowis kalau gitu tak permisi dulu. Arep nggolek sarapan iki Mas buat anak-anak sama bapaknya. Pareng pareng, Mas Angkasa dan Mbak Nou."

"Monggo monggo, Bu Rosa." ucap Mas Angkasa sambil tersenyum ramah.

Kami lantas kembali melanjutkan perjalanan kami. Beberapa kali Mas Angkasa ditegur dan menegur orang-orang yang rumahnya kami lewati ataupun mereka yang berpapasan dengan kami.

"Memang si Langit balik ke Bali kapan, Nou?"

"Jumat siang, Mas. Ada jadwal ke Balikpapan terus dari Balikpapan lanjut ke Bali. Jadi sekalian pulang deh dia."

Mas Angkasa mengangguk-anggukkan kepalanya. Setelahnya kami hanya berjalan tanpa ada perbincangan.

"Jadi kapan aku bisa ke Bali buat ketemu sama Papa Mama kamu, Nou?" tanya Mas Angkasa.

"Terserah Mas Angkasa aja. Bukannya biasanya juga main ya main aja?"

Mas Angkasa langsung melirikku, "Kamu pasti paham kan ketemu yang aku maksud itu yang kayak gimana?" tanyanya sambil melirikku tajam. Membuat jantungku kembali berdegup lebih cepat.

"Lho memang maksudnya ketemu yang kayak gimana, Mas?" bukannya menjawab, aku malah balik bertanya.

Mas Angkasa langsung berdecak, "umurku udah berapa lho ini, Nou."

"Memang berapa sih, Mas?" lagi aku bertanya. Kali ini sambil menahan tawaku dan membuat Mas Angkasa kembali berdecak.

"Bener-bener yaa Mimanya Nirankara ini. Malah ngeledek."

Akhirnya aku terkekeh pelan, "Aku nanya lho, Mas. Bukan ngeledek."

Mas Angkasa mencebikkan bibirnya, "Desember nanti tiga tujuh. Tiga tahun lagi sudah kepala empat. Sedangkan kamu sekarang baru tiga puluh tahun. Gimana sudah puas belum bikin aku kelihatan tuanya?" jawabnya dengan nada sedikit kesal.

Aku langsung menyemburkan tawaku yang sudah tidak bisa kutahan lagi. Sedangkan Mas Angkasa sudah memasang wajah sebal.

"Begini amat ya kalau berhubungan sama Mas-Mas Jawa yang udah mateng banget. Nggak ada romantis-romantisnya amat nih ngelamarnya." ucapku begitu tawaku mulai mereda.

Mas Angkasa melirikku singkat, "GR banget yang masih muda. Kata siapa aku lagi ngelamar kamu? Kan aku cuma nanya kapan bisa ke Bali."

"Ooohh okaay. Tau gitu kemarin aku terima lamarannya Langit yang super romantis itu aja pas lagi di atas Bianglala Dufan sambil menatap sunset. Sederhana tapi kerasa romantissnyaaa." ucapku berusaha meledek Mas Angkasa.

"Gimana bisa nerima lamaran Langit yang romantisss itu. Sudah jelas---." gumam Mas Angkasa sambil sedikit mempercepat langkahnya. Membuatku jadi tertinggal beberapa langkah di belakangnya dan tidak bisa mendengar jelas ucapannya itu.

"Hah? Apa, Mas? Coba diulang kamu tadi ngomong apa?" cecarku sambil mencoba menyamai langkah cepatnya.

"Sudah jelas jalur Angkasa yang menang, bukan jalur Langit." jawabnya diakhiri dengan seringaian jumawanya.




---//---

Kalau ramai, besok aku update part baru lagi. Tapi harus ramai dulu lapaknyaa😋
Eh coba vote yuk vote!👇🏼👇🏼

A. Lanjutkan ke-uwu-an ini
B. Cukup segini aja ke-uwu-an ini
C. Ditamatin aja lah

Kalau udah vote, sebagai tambahan pertimbanganku. Please coba ceritain tanggapan kamu tentang cerita ini juga yaa🙏🏼

♥️J

NirankaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang