tiga•puluh•enam

383 49 26
                                        

"Mima, kami nggak bisa kah izin pulang cepat biar bisa antar Papasa?" tanya Nira sambil menoleh ke belakang.

Kulihat Mas Angkasa melirikku dari spion tengah. Saat ini kami dalam perjalanan menuju sekolah si kembar.

"Kalau izin bilang antar Papa tugas, pasti dikasih izin kok Mima sama Miss Kina. Nael aja pernah gitu ya, Nira?" kali ini Kara yang bersuara. Mereka berduaan duduk di kursi depan, nggak ada yang mau ngalah. Sama-sama mau di samping Papasa.

"Memang Nael izin apa?" tanya Mas Angkasa.

"Izin antar atau jemput Papinya kerja keluar negeri. Beberapa kali datang terlambat dan beberapa kali pulang cepat." jawab Kara.

"Iya betul, Mima. Please Mima pleaseee.." sambung Nira dengan penuh harap.

Tatapanku dan Mas Angkasa kembali bertemu di spion tengah.

"Coba nanti Mima bilang sama Miss Kina yaa. Berarti kamu berangkat ke stasiun jam berapa ya, Mas?"

"Kayaknya jam satu supaya nggak keburu-buru. Paling lambat setengah dua lah."

"Okay then. Nanti Mima ke ruang guru buat ketemu Miss Kina dan minta izin ya. Tapi kalau nggak diizinin nggak apa-apa ya? Kan nanti kita masih bisa ketemu dan antar Papasa lagi lain kali."

"Hmmm baiklah." jawab Nira dan Kara kompak dengan nada memelas.

Tiga puluh menit kemudian, kami sampai di sekolah si kembar. Karena aku akan ke ruang guru, jadi Mas Angkasa mencari tempat parkir, tidak hanya sekedar drop off seperti biasanya.

"Papasa ikut turun juga yaa!" seru Kara.

Kudengar suara kekehan Mas Angkasa, "okay okaay."

Kami lantas keluar dari mobil dan berjalan beriringan. Beberapa security dan guru-guru yang berdiri di depan untuk menyambut kedatangan anak-anak tak luput menyapa kami. Nira dan Kara pun menggandeng Papasa-nya dengan penuh semangat. Sapaan beberapa teman-teman mereka dijawab dengan sumringah.

"Xenallen!!!"

Sebuah seruan menghentikan langkah kami.

"Kak Daniii!!!" seru Nira dan Kara kompak.

Mereka saling berlari menghampiri dan langsung berpelukan. Aku tersenyum begitu melihat Kak Maureen yang berdiri tak jauh dari posisiku.

"Sehat, Nou?" tanya Kak Maureen setelah kami berpelukan singkat.

"Alhamdulillah sehat, Kak. Kakak sama keluarga gimana? Sehat-sehat kan?"

"Alhamdulillah. Cuma Papa tuh malarindu sama si kembar. Udah lama nggak main atau nginep katanya. Eh haloo Angkasa ya?" tanya Kak Maureen sambil mengulurkan tangannya ke arah Mas Angkasa.

Mas Angkasa mengangguk sambil menjabat tangan Kak Maureen.

"Masih suka ketuker sama Langit. Habis mirip sih kalian. Kapan-kapan aku ajak si kembar nginep ya, Nou. Di rumahku kok bukan di rumah Akis. Kalau di rumah Akis mah itu urusan kalian lah yang atur waktu."

"Boleh-boleh, Kak. Nanti pas weekend juga boleh."

Nira, Kara, dan Danila langsung bersorak kegirangan sambil berlari ke arah kelas mereka masing-masing. Kak Maureen pun berpamitan padaku dan Mas Angkasa.

"Mas Angkasa ikut masuk atau tunggu di depan ruangan aja?" tanyaku pada Mas Angkasa.

"Bebas aja."

Begitu sampai di depan ruangan dengan tulisan Teacher's Room di atas pintunya, kami berpapasan dengan seorang guru yang baru keluar ruangan. Akupun menanyakan keberadaan Miss Kina dan beliau langsung memanggilkan Miss Kina keluar.

NirankaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang