se•pu•luh

711 92 16
                                        

"Jadi, Om Langit mau pulang?" tanya Kara.

"Kapan ke sini lagi?" sambung Nira.

Aku dan Langit kompak tertawa pelan.

"Om Langitnya aja belum sampe rumahnya. Masa udah ditanyain kapan ke sini lagi?" ucapku.

"Mima, libur sekolah masih lama ya? Nira mau ikut Om Langit."

"Kara mau ketemu Papasa juga, Mima. Om Langit wanna meet Papasa, right?"

"Iya, Om Langit mau ketemu Papasa. Makanya pergi sekarang. Besok baru pulang ke Bali."

"Mima, Nira kangen Kakiang dan Niang juga."

"Kara too, Mima. Ayo kita ke Bali. Kakiang pasti ajak kita jalan-jalan terus."

Langit tertawa sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, "Sabar yaa, sayang. Tunggu libur dulu. Kalau sudah libur dan Mima nggak ajak kalian ke Bali, nanti Om Langit yang datang ke sini dan jemput kalian ya."

Nira dan Kara langsung bersorak riang di tempat duduknya masing-masing. Saat ini, kami sedang dalam perjalanan ke bandara untuk mengantar Langit.

"Pak Langit, Nana juga jangan lupa diajak ya, Pak. Nana belum tau Bali, Pak. Cuma pernah liat di IG atau di ftv yang Nana tonton  doang." ucap Nana polos dari kursi paling belakang.

"Mbana di rumah aja. Temani Mbok!" Sahut Nira usil.

"Ih, si Non mah gitu sama Mbana. Nanti nggak Mbana pijet lagi ya kalau mau bobo."

"Mbana cantiiik deh." Nira langsung mengubah mode meledeknya jadi mode merayu.

Langit kembali terkekeh pelan, "The time's really flies ya, Nou. Perasaan baru kemarin mereka aku gendong-gendong, ngomong masih belum jelas. Sekarang udah bisa ledek-ledekin orang."

"Gitulah, Lang. Sekarang juga udah ngerti berdebat. Bikin Mimanya pusing kalau mereka lagi ribut."

"Xena, Allen. Om Langit titip Mima ya. Jangan dibuat pusing Mimanya. Be a cool kids, okay?"

"Roger that, Capt!" seru Nirankara kompak.

--

"Harusnya drop aja, Nou. Nanti kamu repot lagi ke parkirannya."

"Nggak apa-apa, Langit. Tinggal jalan, apa repotnya sih?"

Langit berdecak, "Nanti Xenallen capek."

Gantian aku yang berdecak, "Mereka malah seneng jalan-jalan. Tau sendiri kan energi mereka macam nggak habis-habis."

Langit kemudian hanya menghela nafas pasrah.

Saat ini, kami sudah sampai di bandara. Sudah di area terminal keberangkatan. Langit sudah web check in. Koper dinasnya juga bisa dibawa ke kabin, jadi dia tidak perlu antri di loket bagasi.

Aku tersenyum simpul begitu melihat Nira dan Kara yang lagi asik nempel-nempel sama Om Langitnya. Mereka berdiri tak jauh dari kursi yang aku duduki. Si kembar bergelayut di kanan dan kiri Langit. Sedangkan Nana lagi melipir buat foto-foto.

"Kapan lagi Nana bisa ke sini, Bu? Naik pesawat kan Nana nggak berani." Gitu katanya.

Ponsel di saku celana kulot jeansku bergetar. Tanganku langsung bergerak untuk mengambil ponsel pintar itu. Kulihat ada satu notifikasi pesan masuk. Akis..

Aku otw tour album baru hari ini
One month
When I get home, I want to meet Nirankara and also you asap
p.s. i miss you all (so much)

NirankaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang