sem•bi•lan

425 68 26
                                    

"I'm homeee!"

Langit muncul setelah mengantarkan si kembar ke sekolah.

"Thank you yaa Om Sky sudah antar Nirankara ke sekolah. Coffee?"

Aku menawarkan Langit segelas kopi. Karena tadi dia belum sempat sarapan. Dia baru keluar kamar tepat saat si kembar sudah siap berangkat sekolah. Karena ini hari terakhirnya di sini, maka Langit ingin mengantar si kembar.

"Boleh. Aku cuci tangan dulu."

Setelah menuangkan kopi, aku segera meletakkan roti bakar yang baru saja kubuat ke sebuah piring. Aku lantas membawanya ke ruang tamu sekaligus ruang keluarga.

Baru aku mendudukkan diriku di sofa, Langit sudah muncul kembali.

"Nanti jemput Xenallen sekalian antar aku ke bandara ya, Nou?"

Langit duduk di sebelahku. Tangannya terulur dan mengambil gelas kopinya.

"Boleh. Memang keburu?"

Langit meneguk kopinya pelan, "Keburu. Pesawatku sekitar jam tujuh kok. Aku murni penumpang, nggak sekalian kerja. Jadi nggak mesti datang cepat-cepat."

Baru aku mau bersuara, ponsel Langit berbunyi. Ada telepon masuk. Langit merogoh sakunya dan mengambil ponselnya.

"Bunda." ucapnya memberitahuku.

"Yes, Mam!"

...

"Iya jadi doong. Nanti pesawat jam tujuh."

...

"Sabar doong, cintanya Langit yang nomero uno. Kangen banget ya sama anak laki-lakinya yang paling ganteng ini?"

Langit lalu tertawa ringan.

"Iya ini masih di rumah Nou." Langit menatapku singkat. "Cucu-cucu kesayangan Bunda sudah berangkat sekolah."

...

"Langit sudah ajak. Tapi nggak bisa karena anak-anak sekolah. Nanti katanya kalau anak-anak libur sekolah."

...

"Iya ini ada di sebelahku. Ya ampun iya, iya."

Langit lalu menjauhkan ponsel dari telinganya. Tangannya bergulir di atas layar untuk merubah panggilan menjadi video call. Wajah Tante Mega yang tetap cantik diusianya, langsung muncul memenuhi layar. Langit mengarahkan ponselnya ke arahku.

"Nou! Apa kabar, Naak? Tante kangen banget sama kamu dan si kembar."

"Nggak pernah sehebat ini, Tante. Tante Mega gimana kabarnya? Sehat-sehat kan? Om Dirga gimana? Masih suka kambuh asam uratnya?"

Om Dirga itu Ayahnya Langit. Dirgantara. Nama Megantara di belakang nama Langit dan Mas Angkasa adalah hasil perpaduan nama Tante Mega dan Om Dirga ini.

"Tante sama Om juga sehat. Aduh nggak usah ditanya deh, Nou. Om kamu tuh selalu susah kalau dibilangin. Giliran kakinya cenat-cenut, baru deh ngeluh."

Aku lantas terkekeh pelan. Om Dirga dan Tante Mega ini mirip seperti Mama Papaku. Papaku juga sering bikin Mama pusing karena susah dibilangin urusan makanan. Kalau mereka bertemu, langsung deh heboh saling curhat kerusuhan bayi besar mereka masing-masing.

"Nanti ajak si kembar main sini ya, Nou."

"Bunda aja yang main ke sini. Tiketnya Langit siapin." sambar Langit.

Tante Mega berdecak di seberang sana, "Bunda lagi ngomong sama Nou. Nyamber-nyamber aja sih kamu tuh. Kerjaan kamu lancar, Nou?"

"So far so good, Tante. Sudah mulai punya pelanggan-pelanggan tetap."

"Syukurlah. Nanti Tante bantu promoin ya. Teman-teman Tante di sana kan lumayan."

"Thank you, Tantee."

"Oh ya, Tante minta tolong dong, Nou."

"Apa tuh, Tante?"

Tante Mega melirik Langit yang sedari ikut nimbrung muncul di layar, menempel di sampingku.

"Bilangin si Langit Megantara itu. Berhenti main-main. Udah tua."

"Wah pelanggaran. Aku masih muda lho, Bunda."

Tante Mega berdecak lagi.

"Waktu dia di Jakarta, ada si Nuansa yang bantu Tante mantau si Langit. Tapi begitu dia pindah base ke Bali, Tante jadi nggak punya sekutu buat mantau dia, Nou. Masa iya Papa sama Mama kamu yang Tante repotin buat ngurusin dia? Duh jangan deh. Bisa darah tinggi tiap hari mereka."

Gantian Langit yang berdecak.

"Kan. Bunda pelanggaran lagi nih. Anak baik lho aku."

"Ndasmu!" kata Tante Mega galak. Lalu fokusnya kembali ke arahku. "Masih belum mau sama anak Tante yang bontot ini, Nou?"

Deg! Jantungku rasanya berhenti berdetak untuk sesaat. Mulutku juga mengatup rapat. Otakku blank tiba-tiba.

"Makanya doain dong, Bunda. Biar Ayah sama Bunda bisa cepet-cepet Langit ajak ke Bali buat ketemu Papa Mamanya Nou." kata Langit kemudian.

Tadi dia sempat melirikku singkat sebelum bersuara.

"Makanya kamu tuh nggak usah jajan sana-sini! Gimana Nou mau sama kamu kalo kamunya masih modelan don juan kayak gitu?!"

"Langit nggak jajan sana-sini." sergah Langit cepat.

Untuk yang satu ini, sedikit banyak aku juga dengar. Nuansa yang tadi dibilang Tante Mega adalah sahabat Langit sejak lama, bisa dibilang sejak mereka masih di dalam kandungan. Aku juga jadi berteman dengannya. Dari Nuansa inilah, aku suka mendengar Langit yang sungguh player.

"Langit tuh ya, makin hari makin ngadi-ngadi. Mantannya nambah terus tiap saat. Dari yang cantik sampe yang cantik buanget. Dari yang biasa sampe yang tajir. Nggak ada satupun yang diseriusin. Gue nih yang suka jadi sasaran kalo mereka nggak terima diputusin sama si Langit bukan biru itu." kata Nuansa pada suatu waktu.

Mbak Diandra juga suka menceritakan hal yang sama sejak kami masih tinggal di Auckland. Dia sampai bingung saking si Langit sering gonta-ganti teman perempuan.

Tiba-tiba, Om Dirga muncul di sebelah Tante Mega.

"Dari tujuh tahun yang lalu sampai sekarang, masih belum bisa menangin hatinya, Nou? Payah kamu, Langit." ucap Om Dirga santai.

Aku langsung menolehkan kepalaku untuk melihat Langit yang terhenyak di tempatnya. Sungguh? Sudah selama itu?

"Ayah! Jangan buka rahasia dooong. Ngga seru ah." kata Langit dengan nada sedikit panik sambil sesekali melirikku.

"Nou, Langit itu gonta-ganti pacar karena dia frustasi nggak bisa-bisa dapetin kamu." ucap Om Dirga lagi.

"Ayah!"

Setelahnya, Langit langsung memutuskan panggilan begitu saja.

"Nggak usah dipikirin, Nou. Abaikan aja. Ayah sama Bunda kan emang suka kayak gitu. Paham lah kamu." ucap Langit sambil memasukkan ponselnya kembali ke dalam saku celananya.

"Langit, aku benar-benar merasa nggak pantas untuk kamu, Lang."

Hanya itu yang bisa terucap dari mulutku saat ini. Membuat Langit langsung menatapku dengan sangat lekat.

"Menurutku, kamu lebih dari sekadar pantas, Nou. You deserve that. You really do."

Sedetik kemudian, bibir Langit sudah mendarat di bibirku. Lalu tanpa kusadari, bibirku bergerak untuk membalas ciumannya. Entah apa yang akan terjadi nanti. Yang pasti, aku hanya ingin menikmati momen yang terjadi saat ini. Ciuman pertama kami..



---//---

Happy weekend dari Mas Langit dan Mbak Nou! Apakah kapal mereka akan berlayar setelah 7 tahun Langit berusaha untuk Nou? Who knows🤷🏼‍♀️👻

❤️J

NirankaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang