Nirankara

dua•puluh•sembilan

POV spesial nih pakai sayang🤏🏼😘

---

"Hi, Brodiee! Gilaa sohib gue yang udah jadi Kapten ini auranya semakin di depan cuuy!"

Aku tertawa begitu mendengar ucapan sahabat karibku, Adry.

"Halaah aura aura. Paling juga aur-auran kan maksud lo?"

Gantian kini Adry yang tertawa, "Serius gue, Saa. Lama nggak ketemu, gitu ketemu gue minder nih. Untung lo bukan salah satu yang halo dek ke mana-mana pake seragam."

"Gerah cuy. Enak gini pakai baju santai."

Adry cuma mengangguk-anggukan kepalanya.

"Soo, gimana kabar lo? Kalo kesehatan sih gue liat langsung gini lo sehat-sehat aja. Kalo kantong ya gue yakin juga aman lah."

"Terus yang lo tanya kabar apa weeh?"

"Ah pura-pura nggak paham lo. Kabar hati lo lah, Sa."

"Kemarin gue MCU sih hasilnya aman semua, nggak ada problem kesehatan hati sih, Dry."

"Yah si anjir. Nggak salah sih jawabnya, cuma kok gue kesal ya dengernya."

Aku refleks terbahak.

"Gue penasaran lo di mata anak buah lo tuh kek mana. Yang kaku galak apa yang kayak gini juga? Tapi pasti lo jadi Kapten Angkasa Megantara yang terhormat, yang kaku dan galaknya naudzubillah kan, Sa?"

Aku semakin terbahak mendengarnya.

"Lebih ke berwibawa aja Sob kalo versi gue berseragam. Apalagi kalo di depan temen-temen dan atasan gue."

Adry berdecak, "Dah lah nggak usah ngalihin topik ya tolong. Gue revisi pertanyaan gue tadi. Jadi kisah asmara lo apa kabar?"

"Yaa seperti yang lo lihat lah, Dry."

"Apa yang bisa dilihat pake mata mah bisa aja itu cuma wujud kamuflase."

"Ya gini-gini aja. Masih sendiri." ucapku santai.

"Sendiri tapi ada hati yang lo jaga kan maksudnya?" tembak Adry sambil menaik turunkan alisnya.

"Sialan." umpatku pelan.

"Gue denger cerita langsung info A1. Gue nanya gini cuma pengen denger versi lo langsung sih, Sa."

"Dari nyokap gue ya pasti?"

"Soo pastiii. Jadi?"

"Tanya lah sama adek sepupu lo."

"Adek sepupu gue? Yang mana nih? Ada apa antara kalian? Kok gue nggak tau kalo lo ada hubungan spesial sama sepupu gue??"

Aku melempar gumpalan tisu yang sedari tadi kumainkan ke arah Adry.

"Nggak usah pura-pura bego deh lo, nanti bego beneran. Kasian keponakan kembar gue punya bapak bodoh."

"Sialaaan. Kenapa jadi gue yang dikatain."

Kami lalu tertawa bersama.

"Jadi hati yang lo jaga itu hatinya Nou?" tanya Adry setelah tawanya mereda.

Aku mengangguk.

"Ini jujur gue nanya ya, sejak kapan lo mulai melihat Nou sebagai wanita dan bukan sebagai adek sepupu gue lagi?"

Aku terdiam sesaat, "Entah. Gue nggak engeh sejak kapan. Tau-tau gue ngerasa dia spesial aja gitu buat gue."

"Terus apa yang udah lo lakuin buat nunjukin itu?"