empat•belas

633 86 22
                                    

"Iseng deh yaa kamu. Ke sini nggak bilang-bilang. Terakhir bilangnya nggak bisa." Ucapku sambil melepaskan pelukanku.

Laki-laki di depanku ini tertawa pelan.

"Kan sudah dibilang, kalau untuk si kembar pasti sangat diusahakan."

Gantian kini aku yang tertawa pelan.

"Dari sana jam berapa? Baru sampai langsung ke sini?" tanyaku karena dia masih menggendong ranselnya.

Dia mengangguk, "Dari jam enam pagi sudah sampai Halim. Terus mampir sebentar ke tempat kawan. Numpang mandi sama ganti baju."

"Hah? Jam segitu udah sampai sini? Memang ada pesawat jadwal pagi buta dari sana? Kayaknya sepaginya tuh jam lima atau jam enam deh."

"Ada doong. Kan aku naik hercules." Jawabnya diakhiri cengiran khasnya.

Oh iya benar juga.

"Papasaaaa!!!"

Teriakan si kembar membuat kami kompak menoleh. Nira dan Kara berlarian ke arah kami.

Mas Angkasa langsung berjongkok dan merentangkan tangannya. Siap untuk menangkap Nira dan Kara.

"Papasa miss you both so much." ucap Mas Angkasa sambil memeluk si kembar.

"Me too!" seru Kara.

"And so do I, Papasa. Xena rinduuu banget sama Papasa."

Mereka saling memeluk erat untuk beberapa saat.

Aku lalu berdeham, "Temu kangennya dilanjut nanti aja okaay. Nanti kita telat lho ini."

Mereka lalu kompak saling melepaskan pelukan masing-masing. Mas Angkasa kembali berdiri. Sedangkan Nira dan Kara langsung berdiri di kanan dan kiri Mas Angkasa, lalu menggandeng tangan Papasa-nya.

"Hhmm.. Mima nggak kepake deh kalo udah begini."

Nira dan Kara kompak mengembangkan senyum lima jari mereka. Sedangkan Mas Angkasa hanya terkekeh pelan.

"Ayo sini, Mima."

Kara langsung menggandeng tanganku dengan tangan kirinya yang bebas. Selanjutnya, kami berjalan ke aula sekolah sambil saling bergandengan tangan dan dengan senyuman lebar yang terukir di wajah kami.

Thank's God..

---

"Makasih banyak yaa, Pak Gito."

"Sama-sama, Pak Angkasa."

Jam tiga sore, kami sudah kembali ke rumah. Acara sebenarnya selesai sejak jam dua belasan, tapi kami memutuskan untuk sekalian makan siang di daerah Kemang.

Nira dan Kara masih betah menempel di Papasa mereka, bahkan setelah masuk ke rumah dan duduk di sofa ruang keluarga.

"Nana, tolong ajak Nirankara bersih-bersih dulu sekalian ganti baju yaa." Titahku pada Nana.

"Siap, Boss! Tuan dan Nona kecil, ayo sama Mbana."

Nira dan Kara malah semakin menempelkan badan ke Mas Angkasa.

"Maunya sama Papasa!" sahut Nira sambil menggelengkan kepalanya.

"Eh, Nira kan perempuan. Sudah besar. Nggak boleh sama Papasa doong." ucapku kemudian.

"Tapi maunya sama Papasa. Kara juga kan sama Papasa."

"Ya kan Kara sama Papasa sama-sama laki-laki."

Nira semakin mencebikkan bibirnya.

"Yaudah cuci tangan, cuci kaki, sama cuci muka sama Papasa. Ganti baju sama Mbana ya?" Mas Angkasa menengahi.

NirankaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang