tiga•puluh•lima

166 29 21
                                    

Karena besok sudah hari Senin lagi aja & itu berarti drama cungpret akan dimulai kembali, maka aku update malam ini saja yaa kebapakan si Papasa..

---

"See you, Yang Ti and Yang Kung." ucap Nira dan Kara begitu mereka selesai salim dengan Tante Mega dan Om Dirga.

"See you, Xenallen kesayangan Yang Ti and Yang Kung." jawab Tante Mega lalu mencium kening Nira dan Kara bergantian.

"Kalian hati-hati di jalan ya. Kabar-kabarin kalau sudah sampai." ucap Om Dirga.

"Siap, Om. Om Dirga dan Tante Mega juga hati-hati yaa. Berkabar yaa, Tan." ucapku seraya mencium tangan Tante Mega dan Om Dirga bergantian.

Kami lantas berjalan ke arah kereta yang akan membawa kami kembali ke kota masing-masing. Kebetulan jam keberangkatan kereta kami hanya berbeda dua menit.

"Matur suwun nggih, Pak." ucap Mas Angkasa sambil menyerahkan selembar uang untuk Bapak porter yang membawakan koperku, ransel Mas Angkasa, dan satu paperbag berisi oleh-oleh.

"Sami-sami, Mas. Hati-hati di jalan nggih." jawab Bapak porter lalu meninggalkan kami.

"Aku mau duduk sama Papasa." seru Nira sambil duduk di kursi dekat jendela.

"Okay, okay. Nanti gantian ya sama Allen kalau Allen mau duduk sama Papasa juga." ucap Mas Angkasa.

"Okay, Papasa!"

"Aku duduk di dekat jendela boleh ya, Mima?" tanya Kara padaku.

"Iya boleh sayang."

Kara langsung duduk di kursi dekat jendela, tepat di belakang Nira.

Tak lama kemudian, kereta yang kami tumpangi mulai melaju meninggalkan stasiun. Sampai jumpa lagi, Madiun..

---//---

"Ayo dong makan sendiri. Kasian lho Papasa kan juga lapar, jadi nggak bisa makan deh karena nyuapin kalian dulu." ucapku pada si kembar.

Saat ini, kami sudah tiba di Jakarta dan sedang mampir makan malam dulu di salah satu restoran siap saji.

"Mau disuapin Papasa dulu. Besok kan Papasa udah pulang lagi ke Madiun. Jadi aku mau manja-manja dulu sama Papasa." sahut Nira.

"Aku juga." imbuh Kara.

"Iya nggak apa-apa nih Papasa suapin kalian dulu habis itu baru gantian Papasa yang makan. Makan yang banyak yaa, jagoan-jagoan Papasa."

"Aku kan perempuan, Papasa. Kok jagoan sih?" protes Nira yang membuat Mas Angkasa tertawa pelan.

"Jagoan perempuan kan juga banyak. Wonderwoman, Captain Marvel, Black Widow, dan banyak lagi jagoan-jagoan perempuan lainnya."

Nira lantas tertawa juga, "Oh iya yaa benar juga. Mima kan juga jagoan yaa, Papasa."

"Nah betul banget! Mima jagoan kita semua."

"My supermom, Papasa!" seru Kara yang membuatku dan Mas Angkasa tersenyum.

"Xenallen capek nggak?" tanya Mas Angkasa kemudian.

"Aku sih enggak, Papasa. I'm so happy." jawab Kara.

"Me too, Papasa." sambung Nira.

"Besok kalau kalian sekolah sanggup? Atau mau istirahat dulu izin sekolah?" tanya Mas Angkasa lagi.

"Sekolah aja. Aku mau cerita sama teman-teman kalau habis jalan-jalan ke Madiun naik kereta." jawab Nira.

"Iya, Papasa. Teman-teman pasti belum pernah ke Madiun naik kereta. Iya kan, Nira?" sambung Kara.

Nira pun mengangguk mantap.

"Besok kamu kereta jam berapa, Mas?" gantian aku yang bertanya ke Mas Angkasa yang sedang mencolekkan ayam goreng ke saus tomat.

"Jam empat kurang dua puluh sore. Sampai sana tengah malam, sudah minta jemput sama juniorku yang tadi antar kita ke stasiun." jawabnya sambil menyuapkan ayam goreng yang sudah dilumuri saus tomat pada Kara.

Aku mengangguk-anggukkan kepalaku, "terus paginya langsung masuk kerja?"

Mas Angkasa mengangguk.

"Oh iya, aku lupa kabarin Ayah atau Bunda kalau kita sudah sampai. Tolong kamu kabarin mereka ya, Nou." ucap Mas Angkasa dan aku langsung mengambil ponselku dan mengirimi Tante Mega pesan yang mengabarkan kalau kami sudah sampai di Jakarta dengan selamat.

"Besok diantar sekolah sama Papasa aja, Mima." ucap Kara sambil mengunyah makan malamnya.

"Nggak mau sama Mima nih?" tanyaku dengan nada yang kubuat sedikit sedih.

"Sama Papasa aja. Selagi ada Papasa. Biar teman-teman lihat aku sama Nira diantar Papasa. Iya kan, Nira?"

"Iya iyaa, Mima! Papasa aja ya please. Teman-teman suka ada yang tanya kenapa aku sama Kara nggak pernah diantar jemput sama Papa." jawab Nira polos yang membuatku sedikit terhenyak.

Kulirik Mas Angkasa yang sepertinya juga sedikit kaget.

"Terus kalau ada yang tanya, kalian jawab apa?" tanya Mas Angkasa.

"Aku jawab kalau Papa sibuk kerja dan kalau Papasa kerjanya jauh." jawab Kara yang lagi-lagi membuatku terhenyak.

"Iya gitu Papasa, teman-teman kan taunya aku sama Allen punya dua Papa." sambung Nira.

"Teman-teman nggak bingung atau tanya kah kok kalian punya dua papa?" Mas Angkasa bertanya lagi, kali ini sambil mencolekkan ayam ke saus pedas dan menyuapkan pada Nira.

"Iya mereka bingung. Cuma aku bilang pokoknya Papaku ada dua. Eyangku juga ada banyak. Terus mereka malah iri karena aku sama Xena punya dua Papa sedangkan mereka cuma punya satu."

Aku dan Mas Angkasa kompak tertawa ringan begitu mendengar jawaban Kara barusan.

"Tapi teman-teman nggak ada yang jahat atau nakal sama kalian kan?" kali ini gantian aku yang bertanya.

Si kembar kompak menggeleng.

"Alhamdulillah. Kalau ada yang jahat atau nakal sama kalian, kalian jangan takut ya. Kalian harus lapor sama Miss di sekolah atau sama Mima, Papa, atau Papasa. Kalian jangan diam aja okay?"

"Siap, Papasa!" jawab si kembar dengan kompak.

"Papasa." panggil Nira.

"Iya sayang?"

"Kapan Papasa bisa pindah kerja ke Jakarta?"

Mas Angkasa melirikku, "Sepertinya Papasa nggak bisa pindah tugas ke Jakarta. Bisanya pindah ke kota-kota lain."

"Yaahh kita nggak bisa sekota doong, Papasa." ucap Nira dengan nada memelas.

"Kalau kalian yang pindah ikut Papasa gimana?" Mas Angkasa balik bertanya sambil melirikku.

"Mau mauu! Memangnya bisa, Mima?" kali ini diucapkan Nira dengan penuh antusias.

Gantian aku melirik Mas Angkasa, "yaa bisa aja siiih." jawabku sedikit terbata. "Tapi nanti sekolah kalian jadi pindah-pindah juga. Terus teman-temannya juga ganti-ganti terus deh."

"No problem, Mima! Kata Om Langit, pindah-pindah itu seru. Om Langit sama Papasa juga dulu katanya gitu karena harus ikut Yang Kung pindah-pindah tugas. Iya kan, Papasa?" kali ini Kara yang bersuara.

"Iya betul. Itu seru sih walaupun nanti ada sedihnya karena harus pisah sama teman-teman sekolah yang sudah dekat sama kita."

"It's okay, Papasa. Yang penting kita bisa bareng-bareng ya kan, Mima?"

Aku hanya tersenyum untuk menjawab putri kecilku ini.

"Jadi kapan kita bisa bareng-bareng?" tanya Kara polos. Membuatku dan Mas Angkasa saling bertukar tatap.



---//---

Aku mau nanya deh.
Menurut kalian, yang cocok meranin Papasa tuh siapa sih? Atau yang ada di imajinasi kalian pas baca ini, yang jadi Papasa tuh visualnya siapa gitu??

♥️J

NirankaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang