tiga•puluh•satu

333 41 12
                                        

"Akhirnyaaa bisa kencan sama Mimanya si kembar." ucap Langit begitu kami melewati gate masuk Dufan.

"Biasanya selalu ada yang buntutin Om Langit ya?"

"Betul! Walaupun aku happy-happy aja dibuntutin mereka, cuma tetep aja kalau bisa berduaan sama kamu gini sih aku nggak nolak dong." jawab Langit diakhiri cengiran khasnya.

"Ini serius kamu cuma mau kencan sama aku di Dufan? Aku bisa loh padahal ajak kamu ke beberapa kota dalam sehari. Tapi nggak jalan-jalan, cuma sampai bandaranya aja terus kita boarding lagi ke kota selanjutnya." sambung Langit lalu tertawa.

"Ya bener sih memang ke beberapa kota dalam sehari. Cuma ya nggak gitu juga dong konsepnya, Langiiit." ucapku sambil ikut tertawa.

Semalam Langit sampai di Jakarta. Lalu hari ini, aku langsung mengajaknya pergi ke Dufan tanpa mengajak si kembar.

"Dufan tuh sepinya kapan sih ya? Padahal ini udah hari biasa lho, tapi masih aja ramai gini." ucap Langit kemudian.

"Berarti mereka-mereka ini pemikirannya sama kayak kita nggak sih? Ngiranya weekdays sepi nih, eh ternyata sama aja ramai juga."

"Iya bener juga yaa. Kamu mau naik apa dulu?"

Aku berpikir sejenak, "Hmmm apa aja deh bebas. Pokoknya naik yang ekstrim pun aku mau, nggak ada pengecualian."

"Okay! Kalau gitu mari kita usahakan naik semua wahana yang ada di sini. Waktu kita sampai jam lima sore yaa."

"Roger that, Capt!" sahutku dengan penuh semangat.

After all this time, akhirnya aku bisa main ke Dufan lagi. Saking lamanya, aku bahkan sampai lupa kapan terakhir kali aku berkunjung ke sini, sudah banyak yang berubah dan wahananya pun semakin beragam.

"Kamu bawa baju ganti?" tanya Langit.

Aku menggeleng.

"Yaudah gampang nanti kita beli aja kaos Dufan. Biar makin berkesan nih si Dufan sampai kita punya kaosnya."

"Terus kalau celananya sampai basah juga gimana?"

"Ya kita beli juga lah."

"Emangnya ada?"

"Ada. Celana kolor yang kembang-kembang berwarna-warni." jawab Langit diakhiri cengiran khasnya lagi.

Akupun langsung memukul lengannya. Selalu ada aja tingkah lakunya si Langit ini.


---//---


"Habis ini mau main apa lagi?" tanya Langit setelah meminum minuman sodanya.

"Bebas aja. Kan sudah habis makan nih, jadi energiku sudah kembali terisi." jawabku sambil menepuk-nepuk perutku pelan.

Langit tertawa pelan, "Kayak gini kok suka bingung kenapa si kembar energinya nggak habis-habis. Mimanya aja gaspol terus kayak gini."

Aku langsung menyunggingkan cengiran lebarku.

"Akis masih suka main sama anak-anak?"

Aku mengangguk sambil mengunyah kentang goreng yang baru saja masuk ke dalam mulutku.

"Masih suka nginap di rumah Akis juga kah?"

Lagi aku mengangguk, "kalau mereka lagi sama-sama libur aja sih atau pas lagi ada acara apa gitu."

"Terus dia gimana sama kamu?"

"Maksudnya gimana, gimana?"

"Kamu pasti paham lah maksudku."

NirankaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang