se•be•las

654 84 17
                                        

"Haiii, Nou! Long time no see."

Mbak Andien menyambut kedatanganku dengan sangat sumringah, bahkan memelukku dengan erat. Oh ya, dia ini istrinya Bang Adry.

"Duh bukan long time lagi deh Mbak kayaknya saking udah lama buanget." ucapku sambil melepaskan pelukan kami.

Ini memang pertemuan pertama kami setelah aku dan anak-anak kembali ke Indonesia. Bang Adry kebetulan bekerja disebuah production house milik kakak iparnya dan juga disebuah EO yang masih milik kerabat Mbak Andien juga.

"Haii, kembar kesayangannya Bude Andien!"

Mbak Andien langsung memeluk Nirankara bergantian.

"Masuk, masuk. Al El di dalam tuh lagi main PS sama Pakde."

Kami lalu beriringan masuk ke dalam rumah. Benar saja, di ruang keluarga ada Bang Adry dan jagoan kembarnya yang lagi asik bermain PS.

"Xena! Allen!" seru Elzafran. Si ganteng yang tengil kalau kata Bang Adry.

Nira dan Kara langsung berbaur dengan sepupu mereka yang juga kembar itu. Sedangkan aku langsung menyalami tangan Bang Adry.

"Nih, kalian main ya bareng-bareng."

Bang Adry menyerahkan stik PSnya ke Kara.

"Mas Al nggak main?" Tanya Kara pada Al.

"Kamu aja. Aku udah main dari tadi." jawab Algibran tenang.

Kalau Elzafran si ganteng yang tengil. Nah, Algibran ini jadi si ganteng yang dingin. Kalem banget, kayak Mbak Andien.

Aku, Bang Adry, dan Mbak Andien lalu berpindah ke teras samping rumah mereka.

"How's life, Nou?" Tanya Bang Adry.

"Yaa gitulaah, Bang. Maaf ya, aku baru sempat main ke sini."

"Nggak apa-apa lagi, Nou. Kalian masih harus penyesuaian juga. Kerjaan gimana?" Kali ini Mbak Andien yang bersuara.

"Aman, Mbak. Kapan-kapan main dong ke butikku."

"Tenang. Nanti Mbak main ke sana. Ajak si Alaia juga."

Alaia ini, kembarannya Mbak Andien.

"Boleh banget. Sekalian ajak temen-temen juga boleh, Mbak. Lumayan, sekalian promosi butikku."

"Okay siaap! Sebentar ya. Mbak refill minuman sama camilan dulu buat anak-anak."

Mbak Andien lalu kembali masuk ke rumah. Meninggalkanku dan Bang Adry yang sudah duduk santai di kursi kayu yang ada di teras ini.

"So? Mereka beneran sudah ketemu Papanya?"

Aku mengangguk pelan.

"Terus gimana?"

"Keluarganya nerima si kembar. Kecuali Mamanya."

"Stay still?"

Aku berdeham mengiyakan, "Kayaknya malah semakin mikir aku dan anak-anak akan nyusahin kehidupan Akis."

Bang Adry langsung tertawa sinis.

"Padahal dirinya sendiri malah nyusahin hidup kamu."

"Udahlah, Bang. Namanya juga Ibu yang mau lindungin dan jaga anaknya."

"Nggak. Nggak gitu caranya, Nou. Abang masih nggak terima. Tuhan memang Maha Pemaaf, tapi Abang enggak."

Kemudian hening. Bang Adry menyalakan rokoknya tepat saat Mbak Andien kembali datang dengan tiga gelas minuman yang dibawanya.

NirankaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang