'Tidak apa-apa banyak bicara. Yang penting semua kata-katanya bermakna, bukan omong kosong semata.'
**************
Vivi berhenti, ia menunduk lalu mengambil kalung yang bertulisan 'Ravin'. Wanita itu mencoba untuk mengingat-ngingat kalung yang panjangnya sekitar tiga puluh lima cm itu. Tiba-tiba Vivi ingat pemilik kalung yang ia pegang. Seingatnya, Rara pernah menunjukkan dan mengatakan kepadanya bahwa kalung dengan nama Ravin ini, milik anak anjing yang diperlihara oleh Kevin.
Vivi menghembuskan nafasnya, ia semakin yakin jika mereka berdua melewati taman ini. Awalnya, wanita itu akan kembali melanjutkan langkah kakinya. Hatinya merasa tau keberadaan Rara dan Kevin. Seorang pria bertubuh tinggi menyuruhnya untuk berhenti. Vivi membalikkan badannya, ternyata yang memanggilnya seorang polisi.
"Anda warga kampung ini?" tanyanya kepada Vivi yang langsung mengangguk.
"Saya ingin tau, gudang yang sudah lama tidak terpakai ada di mana?" Dia kembali bertanya, membuat Vivi mengerutkan keningnya.
"Untuk apa bapak menanyakan gudang?" Bukannya menjawab, Vivi malah bertanya.
"Ibu pasti sudah mendengar berita pagi ini. Saya tengah mencari seorang penculik anak yang masuk ke beberapa kampung," jelas pria yang mempunyai nama Joni tersebut.
Vivi mengangguk-anggukkan kepalanya paham. Ini kesempatan untuk mencari Rara dan Kevin. "Dua anak saya hilang dari pagi, saya sedang mencarinya. Bisakah bapak membantu saya?"
"Hilang? Ya. Saya pasti akan membantu Anda. Tolong beritahu di mana tempatnya. Penculik itu selalu menggunakan tempat yang sedikit sempit, dan kotor untuk menculik anak-anak," ujar Joni dengan nada tegas dan raut wajah serius.
Vivi mengangguk paham. Ia pun menunjukan jalan ke arah Gudang yang hanya ada satu di kampung ini. Gudang yang sudah lama tidak terpakai, mungkin sekitar dua tahun, karena pemiliknya meninggal. Joni pun menyuruh lima orang polisi untuk mengikutinya dan Vivi. Jaraknya tidak terlalu jauh dari taman. Joni langsung menendang pintu yang terbuat dari kayu tersebut.
'Brak!'
"Angkat tangan, atau saya tembak," ancam Joni seraya berjalan pelan dengan pistol yang ia arahkan ke dada Bagas.
Bagas yang tengah memotong-motong tubuh Ravin, lantas terkejut karena seseorang tiba-tiba datang dan mengarahkan pistol. Bagas pun mengangkat kedua tangannya yang terlihat berlumuran darah. Vivi terkejut melihat keadaan Rara dan Kevin, ia pun berlari ke arah Kevin, lalu segera membuka tali yang mengikat tangan dan kaki laki-laki itu.
"Kevin. Kamu baik-baik saja?" tanya Vivi kepada Kevin yang mengangguk pelan. Kedua matanya tidak segaja melihat potongan daging dan kepala anak anjing. Vivi membulatkan kedua matanya, ia pun kembali bertanya, "Kevin, dia hewan peliharaan kamu?" Lagi, Kevin menganggukan kepalanya tanpa mengatakan sepatah kata pun.
"Bagaimana bisa dia membunuh hewan kecil ini?" gumam Vivi merasa sedih. Dia tau Ravin adalah hewan kesayangan teman putrinya.
"Tante. Aku mohon, jangan buka penutup mata Rara sampai rumah," pinta Kevin menatap Vivi dengan tatapan memohon.
"Kenapa?" tanya Vivi merasa tidak mengerti, ia tengah membuka tali yang mengikat pergelangan tangan Rara.
"Aku gak bisa bilang alasannya, tante. Aku juga minta tolong, jangan biarin Rara keluar rumah. Dan jangan tunggu aku pulang, tante sama Rara pulang duluan," jelas Kevin masih dengan tatapan memohon, nadanya terdengar serius.
"Baiklah. Tante akan menuruti kemauan kamu." Vivi tersenyum hangat, ia awalnya tidak mengerti maksud ucapan Kevin. Namun, Vivi memilih untuk menurutinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Bring Joy (TAMAT)
General Fiction*** Cerita fiksi ini menceritakan kehidupan pria berusia dua puluh lima tahun yang mempunyai hemophobia sejak usia sembilan tahun. Ketika melihat setetes darah saja, membuatnya mual dan langsung teringat kejadian menyakitkan di masa lalu. Tentunya p...