18. Sandiwara

25 3 0
                                    

'Cemburu itu ada, tapi tidak semua orang bisa menyadarinya.'

**********

"Ponsel saya ... kehabisan baterai," alibi Kevin membuat Zahra mengangguk-anggukan kepalanya paham. Sedangkan Ezra, dia terlihat tersenyum sinis.

Zahra pun berucap, "Mau masuk dulu ke rumah saya, Pak? Saya akan membuatkan bapak teh hangat. Cuaca malam ini sangat dingin, nanti bapak terserang flu."

Kevin menatap rumah Zahra yang sangat sederhana, luasnya tentunya sangat jauh berbeda dengan rumahnya. Pria itu tidak bisa membayangkan bagaimana dirinya akan kuat masuk ke dalam rumah yang sangat kecil itu. Apalagi, Kevin tidak tau rumah Zahra akan rapi atau malah sebaliknya.

Kevin menggeleng cepat. "Tidak usah. Saya datang hanya untuk mengatakan itu. Saya pergi dulu," pamit Kevin kepada Ezra dan Zahra yang mengangguk sopan. Kevin pun membalikkan badannya, lalu melangkahkan kakinya dengan santai.

"Mau makan mie?" ajak Ezra menatap Zahra dengan raut wajah senang.

"Ayo, di rumahku." Zahra mengangguk, raut wajahnya juga sama halnya terlihat senang.

"Aku punya film sedih, mau liat?" tawar Ezra jujur.
Kevin memberhentikan langkah kakinya, lantaran mendengar percakapan mereka berdua.

"Ayo! Malam ini aku yang traktir, malam besok kamu. Gimana?" tanya Zahra kepada Ezra yang mengangguk setuju.

Mereka berdua hendak masuk ke rumah Zahra. Namun, tiba-tiba Kevin duduk di tangga seraya memegang perutnya. Zahra tentunya terkejut, dia pun berjalan mendekati pria yang masih memakai setelan kantor tersebut.

"Pak, Bapak kenapa?" tanya Zahra menatap Kevin dengan tatapan khawatir. Sementara Ezra, dia menggeleng pelan. Ezra tau, Kevin tengah sandiwara demi mendapat perhatian dari Zahra.

"Perut saya sakit .... " lirih Kevin membuat Zahra semakin khawatir.

"Jangan-jangan, Bapak belum makan malam lagi?" tebak Zahra kepada Kevin yang mengangguk pelan.

Zahra menghela nafas pelan. "Bagaimana jika saya dan Ezra mengantar Bapak kebrumah? Saya akan memasak di sana," ucap Zahra setelah berfikir singkat.

Kevin langsung menggeleng cepat. "Dari rumah kamu ke rumah saya itu jauh. Kamu mau liat saya terus kesakitan?" tanya Kevin menatap Zahra dengan tatapan sendunya.

"Tidak, Pak. Jadi saya harus bagaimana? Bapak tidak mungkin mau makan malam di rumah saya. Dan juga, tidak ada bahan-bahan makanan yang Bapak sukai." Zahra terlihat bingung harus bagaimana.

"Saya memang tidak mau. Tapi, kesehatan saya lebih utama. Saya akan makan malam di rumah kamu," tegas Kevin membuat Zahra dan Ezra terkejut.

"Tapi--

"Akh." Kevin memegang perutnya dengan raut wajah yang kesakitan. Zahra tentunya sangat terkejut dan khawatir.

"Baiklah. Bapak akan makan malam di rumah saya," ucap Zahra memilih menyetujui, daripada atasannya sakit karena ulahnya.

Tanpa ada yang tau, Kevin tersenyum senang. Ia memilih untuk masuk ke dalam rumah yang sangat kecil, daripada membiarkan Zahra dan Ezra berduaan. Kevin tidak bisa membayangkan bagaimana jika Zahra dan Ezra bermesraan di atap yang sama.

"Zahra. Biar aku saja," tawar Ezra saat melihat Kevin yang merangkul bahu Zahra.

"Yau--

"Saya tidak mau bersentuhan dengan orang asing," tegas Kevin menatap Ezra dengan tatapan tajam. Zahra tentunya terkejut.

"Ya, saya mengerti," ucap Ezra terlihat sopan, namun nyatanya dia tersenyum sinis.

Zahra pun memegang kedua tangan Kevin di bahunya, ia masuk ke dalam rumahnya yang bernuasa modern. Banyak sekali foto-foto dirinya sewaktu kecil dan sekarang. Tapi, tidak ada foto keluarganya. Kevin melihat-lihat foto tersebut. Ia mengerutkan dahinya, kenapa hanya ada foto Zahra saja? Dan ada sedikit foto Dinda.

You Bring Joy (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang