'Banyak yang ingin mengingat jelas semua kenangan masa kecil. Karena di sana banyak kebahagiaan yang sangat berbeda ketika dirasakan sekarang.'
***********
Zahra
-Saya akan datang pukul 05:30, Pak.Kevin tidak sempat membaca pesan dari Zahra. Pria itu sudah tertidur di ranjang kamarnya. Lampu semua ruangan sudah dimatikan. Jam menunjukan pukul 23:05. Hujan deras begitu juga dengan petir terdengar bergemuruh kencang, membuat Kevin semakin tertidur lelap. Zahra juga sama halnya tidur setelah mengirim pesan, ia harus bangun pagi-pagi untuk memulai pekerjaan barunya.
**
"Rara! Kamu di mana?!" teriak Kevin seraya berjalan mencari gadis yang tengah bersembunyi.
"Di sini," kata Rara yang keluar dari tempat persembunyiannya. Ia tersenyum lebar kepada Kevin yang terlihat menghela nafas kasar.
"Kenapa kamu sembunyi di dekat pohon ini?" tanya Kevin menunjuk pohon mangga yang berbuah banyak.
"Memangnya kenapa?" tanya Rara bingung.
"Gimana kalo mangganya jatuh ke atas kepala kamu?" tanya Kevin membuat Rara diam dengan raut wajah cemberutnya. "Lain kali, kalo main petak umpet sembunyinya jangan di sini lagi. Kalo mangganya jatuh ke atas kepala kamu, nanti kamu nangis." lanjut Kevin dengan nada lembut, Rara mengangguk-anggukan kepalanya.
"Maafin aku, Pin." Rara menatap Kevin yang tersenyum tipis seraya mengangguk.
"Kali ini aku maafin kamu," ujar Kevin membuat Rara tersenyum. Laki-laki itu menaiki kursi persegi panjang yang berada di dekat pohon mangga. Kevin memetik dua buah mangga, lalu memberinya satu kepada Rara.
"Kok kamu makannya gitu?" tanya Kevin terkejut melihat Rara membuka kulit mangga menggunakan giginya.
"Waktu aku main di rumah Nenek, temen-temen aku makan buah mangganya kayak gini. Kepin coba, enak tau," suruh Rara menatap Kevin dengan bibir yang belepotan.
"Hm, iya. Lebih enak dikupas pake gigi daripada pisau." Kevin jujur. Rara tersenyum lalu memakan buah mangga itu, begitu juga dengan Kevin.
"Kepin mau denger cerita dari Tiara gak?" tanya Rara kepada Kevin yang langsung mengangguk.
"Tiara cerita sama aku, katanya kalo udah besar nanti. Galang mau ajak Tiara pacaran. Terus Tiara nanya ke aku, nanti kalo udah besar, Kepin ngajak apa. Aku bilang, Kepin gak pernah bilang kayak Galang." Rara menceritakannya dengan nada lucu. Kevin tersenyum, Galang memang pernah cerita kepadanya.
"Kamu bilang aja, nanti kalo udah besar, aku akan nikahi kamu," ujar Kevin membuat Rara mengeryitkan dahinya.
"Nikah itu apa? Beda ya sama pacaran?" tanya Rara bingung dan tidak tau.
"Bedalah. Nikah itu lebih tinggi dari pacaran. Yang pacaran belum tentu nikah, yang nikah pasti pacaran," jelas Kevin menatap Rara yang sepertinya masih belum mengerti. "Nanti kalo kamu udah besar, pasti ngerti," lanjut Kevin tersenyum kepada Rara yang mengangguk dan membalas senyumannya.
"Intinya, aku janji kalo kita udah besar nanti. Aku akan nikahi kamu," ujar Kevin seraya menyodorkan jari kelingkingnya, Rara menyatukan jari kelingkingnya dengan Kevin.
"Kepin udah janji. Kepin gak boleh ingkar janji." Ucapan gadis kecil itu diangguki oleh Kevin.
"Dan di antara kita berdua, gak ada yang boleh lupain janji ini. Ucapan aku sekarang, harus diingat oleh kita berdua selamanya," timpal Kevin tersenyum manis menatap Rara yang mengangguk setuju.
**
Zahra langsung terbangun dari tidurnya setelah mendengar alarm. Jam menunjukan pukul 04:03. Gadis itu menghembuskan nafas panjangnya. Kedua tangannya memegang kepalanya seraya menundukkan kepalanya. Zahra pun bergumam, "Kenapa akhir-akhir ini aku terus memimpikan laki-laki itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
You Bring Joy (TAMAT)
General Fiction*** Cerita fiksi ini menceritakan kehidupan pria berusia dua puluh lima tahun yang mempunyai hemophobia sejak usia sembilan tahun. Ketika melihat setetes darah saja, membuatnya mual dan langsung teringat kejadian menyakitkan di masa lalu. Tentunya p...