'Kata tidak, akan berubah menjadi iya setelah mengalami hal mendesak.'
**********
"Nikah? Aku belum kefikiran mau nikah, kamu juga tau. Aku gak deket sama cowok," curhat Zahra, ia tentunya ingin mempunyai keluarga kecil seperti keinginan wanita pada umumnya.
"Aku punya banyak teman cowok. Mau aku kenalin salah satunya? Mungkin aja, jodoh kamu," tawar Dinda menatap sahabatnya, ia penasaran tanggapannya.
"Gak usah deh, Din. Nanti aku pasti ketemu sama jodoh aku. Cuma gak tau kapan waktunya." Zahra menolak secara halus. Dia berdiri dengan senyum manisnya.
"Yaudah kalo gitu, itu juga terserah kamu," balas Dinda tersenyum seraya menganggukkan kepalanya. Zahra membalas senyuman Dinda. Mereka berdua sudah bersahabat sejak smp, dan entah sampai kapan persahabatan mereka berakhir.
*************
"Dinda? Tumben kamu mau ketemu sama ibu." Desi menatap sekertaris putra bungsunya dengan tatapan bingung.
Dinda tersenyum ramah, ia menundukkan kepalanya sekejap. Lalu berucap, "Sebenarnya, saya ingin mengatakan sesuatu sama ibu."
Desi diam dan menunggu kelanjutan wanita yang hampir sempurna itu.
"Saya ingin berhenti kerja, bu," lanjut Dinda dengan nada serius, namun senyum ramahnya masih terlihat.
"Loh? Kenapa? Kevin bikin pusing kamu lagi?" Desi terkejut mendengar ucapan wanita yang sudah menjadi sekertaris Kevin selama dua tahun.
Dinda tersenyum seraya menggelengkan kepalanya. Memang ada benarnya juga, atasannya itu membuatnya pusing karena selalu memberikannya banyak pekerjaan. Lebih kejamnya lagi, Kevin selalu memanggilnya seenaknya, di saat ia tengah istirahat, Kevin menyuruhnya terus bekerja. Jika bukan karena calon suaminya, dari dulu Dinda sudah berhenti menjadi sekertaris Kevin.
"Saya mau menikah, bu," ucap Dinda tersenyum seraya menyerahkan undangan pernikahannya. Desi langsung membacanya.
"Saya kira kamu berhenti kerja karena Kevin. Ternyata mau menikah, selamat ya. Semoga pernikahan kamu langgeng." Desi turut merasakan kebahagiaan yang tengah dirasakan oleh Dinda.
"Terima kasih banyak, bu. Saya harap, ibu dan pak Kevin datang," ujar Dinda tersenyum manis. Desi yang membalas senyumannya seraya mengangguk.
"Pasti. Ibu dan Kevin pasti akan datang." Desi yakin.
"Tapi, kamu bisa bantu ibu?" tanya Desi menatap Dinda dengan tatapan bingung.
"Bantu apa ya, bu?" tanya Dinda seraya mengerutkan keningnya.
"Bantu carikan wanita untuk menjadi sekertaris Kevin. Tapi, saya ingin wanita itu seumuran sama kamu, tidak terlalu berpendidikan juga tidak apa-apa, yang penting dia ramah, sopan, dan penyayang. Saya ingin mencari pasangan untuk Kevin," jelas Desi dengan senyum tipisnya. Dinda diam seraya mencerna ucapan Desi barusan.
"Sebenarnya, saya punya wanita yang ibu inginkan. Tapi, saya tidak yakin dia akan mau menjadi sekertaris pak Kevin." Dinda terfikirkan Zahra.
"Tolong, Ibu minta tolong kamu bujuk dia agar mau menjadi sekertaris Kevin. Jika bisa, pertemukan ibu dengannya." Desi menatap Dinda dengan tatapan penuh harap.
"Dia mantan babysister dan hanya lulusan Sma. Ibu pasti menyukai sahabat saya, tapi saya ragu pak Kevin akan menerimanya." Dinda mengatakan yang sebenarnya agar Desi tidak berfikir terlalu banyak tentang sahabatnya.
"Ibu tidak peduli akan hal itu. Ibu hanya ingin wanita yang baik untuk Kevin. Pertemukan Ibu dengannya secepatnya," ucap Desi seraya memegang tangan Dinda dengan lembut. Dinda diam sesaat, ia merasa tidak enak jika menolak.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Bring Joy (TAMAT)
General Fiction*** Cerita fiksi ini menceritakan kehidupan pria berusia dua puluh lima tahun yang mempunyai hemophobia sejak usia sembilan tahun. Ketika melihat setetes darah saja, membuatnya mual dan langsung teringat kejadian menyakitkan di masa lalu. Tentunya p...