11. Mendekapnya

37 4 0
                                    

'Ingatan masa lalu memang membekas. Seolah kita kembali dan merasakan semuanya.'


*********

"Maafkan saya. Saya tidak tau jika bapak ada di kamar," ujar Zahra merasa menyesal telah masuk tanpa izin dari Pria itu.

"Oh, jadi jika saya tidak ada di rumah. Kamu bisa masuk ke kamar saya seenaknya?" tanya Kevin membuat Zahra menggeleng cepat.

"Tidak. Bukan begitu maksud saya, Pak," kata Zahra seraya memundurkan langkah kakinya lantaran Kevin semakin mendekatinya.

"Terus maksud kamu apa?" Kevin menatap Zahra yang hendak berbicara, namun jari gadis itu tidak sengaja mengenai serpihan kaca yang sangat tajam.

"Darah," gumam Kevin membulatkan kedua matanya melihat tetes demi tetes darah Zahra yang mengenai lantai kamarnya. Kevin juga mundur.

Zahra terkejut melihat jarinya yang terluka, ia mengelap jarinya menggunakan bajunya. Rasanya sangat sakit, Zahra lupa jika Kevin mempunyai hemophobia. Keringat dingin mulai membasahi pelipis dan dahi Kevin, pria itu langsung teringat kejadian di masa lalu. Benaknya hanya terbayang-bayang darah, darah yang keluar dari hewan peliharaannya, ibu teman masa kecilnya, dan penculik itu.

"Pak, bapak kenapa?" Zahra bingung melihat Kevin yang memegang kepalanya, wajah pria itu pucat.

"Pergi," suruh Kevin, nadanya penuh penekanan.

"Tapi. Bapak sepertinya sakit," ucap Zahra hendak memegang dahi Kevin. Namun, pria itu menghempaskan tangannya secara kasar.

"SAYA BILANG PERGI!" bentak Kevin menatap Zahra dengan aura dinginnya. Zahra terkejut, ia mengangguk pelan dan berjalan keluar dari kamar Kevin.

Kevin berjongkok seraya melipatkan kedua tangannya, kepalanya ia masukan di antara lipatan-lipatan tangannya. Kevin merasa sesak, semua kejadian menyakitkan itu langsung teringat dalam benaknya. Kejadian yang ingin Kevin lupakan, namun tidak bisa. Terkadang, Kevin membenci masa lalu. Dia kehilangan hewan peliharaannya dan teman masa kecilnya. Jika waktu bisa berputar kembali, Kevin ingin mengubah semuanya.

************

Zahra berjalan dengan langkah kaki pelan. Fikiran dan hatinya merasa tidak tenang. Entah kenapa, ia mengkhawatirkan keadaan Kevin sekarang. Ia takut terjadi apa-apa dengan atasannya. Deringan ponsel membuat lamunan Zahra buyar. Ternyata sahabatnya yang menghubunginya.

"Halo, Za." Nada Dinda biasa saja.

"Halo juga, Din. Ada apa?" tanya Zahra seraya menghela nafas kasar.

"Kamu kenapa?" Dinda bertanya.

"Pak Kevin--

"Dia bikin kamu pusing di hari pertama kamu kerja?" potongnya.

Zahra menggeleng. Ia membalas, "Bukan itu. Tadi Pak Kevin kayak sakit. Aku takut dia sakit gara-gara aku."

"Kok bisa kamu ngira dia sakit gara-gara kamu?" Dinda penasaran.

"Tangan aku terluka. Terus wajah dia langsung pucat, tiba-tiba dia bentak aku buat pergi," curhat Zahra membuat Dinda terkejut.

"Tangan kamu sampai berdarah?" tanya Dinda dengan nada sedikit tidak santai.

Zahra berdehem pelan.

"Gawat, Za! Besok pasti kamu di pecat!" Dinda sedikit berteriak.

"Hah? Kenapa?" Zahra terkejut sekaligus penasaran maksud ucapan Dinda.

"Kamu lupa atau nggak tau?" tanya Dinda, "pak Kevin itu punya hemophobia! Setiap dia liat setetes darah aja, dia langsung inget traumanya waktu kecil."

You Bring Joy (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang