'Setelah mengalami penderitaan di masa lalu, yakinlah, di masa depan nanti rasa itu akan berubah menjadi kebahagiaan yang tidak pernah terfikirkan.' -You Bring Joy.
*******
"Kejadiannya satu tahun setelah kamu dan Zahra diculik. Kamu juga tau, dari tahun dua ribu dua, banyak anak kecil yang diculik. Penculiknya meniru orang yang menculik kamu dan Zahra. Dia bahkan hendak bunuh diri tepat dihadapan Ayah saya dan korban, karena Ayah saya tidak mau itu terjadi. Ayah saya yang tertembak, dan penculik itu sampai saat ini masih dipenjara," jelas Ezra menceritakan apa yang dicerikan oleh Ibunya dulu. Kevin terlihat terkejut, ia tidak menyangka Joni meninggal dengan cara itu.
"Bagaimana bisa ada yang meniru orang jahat." Pria itu menghela nafas kasar. Dia dan Ezra duduk dikursi tepat ditaman yang tidak jauh dari pemakaman.
"Kamu tau jika orang yang menculik kamu dan Zahra pernah membunuh seorang anak kecil di tahun dua ribu dua?" tanya Ezra membuat Kevin mengerutkan keningnya.
Kevin bergeming.
"Namanya Ryan, usianya tujuh tahun. Penculik itu hampir membunuhnya, untung saja ada yang menyelamatkannya. Saya tau dari Mama saya jika itu terjadi karena dendam kepada Ayah Ryan." Ezra kembali bercerita, tentunya jujur.
"Apa? Ryan?" Kevin terkejut. Lalu beberapa detik kemudian, dia ingat jika Ryan pernah bercerita jika dia juga sama halnya diculik dan hampir meninggal. Jadi, penculik yang menculiknya, Zahra, dan Ryan, orang yang sama. Kevin tidak percaya.
"Ryan itu suaminya Dinda," ujar Kevin membuat Ezra membulatkan kedua matanya.
"Saya fikir bukan Ryan itu." Ezra baru mengetahuinya. Dia memang berfikir seperti itu.
"Ryan pernah cerita jika dia juga pernah diculik. Saya tidak menyangka penculiknya orang yang sama," kata Kevin menghela nafas pelan. Ezra menganggukan kepalanya.
"Ah, iya. Saya hampir lupa mengatakan sesuatu," ucap Ezra seraya menepuk dahinya pelan. Untung saja dia ingat.
Kevin penasaran apa yang akan dikatakan oleh Ezra.
"Saya tidak yakin bisa membantu kamu, tapi saya ingin mengatakannya. Zahra tinggal ditempat yang sepi, dan cocok untuk menyendiri. Saya fikir itu pedesaan atau kampung," ujar Ezra dengan nada serius. Dia bertanya kepada Zahra mengatakan jika dia tinggal disuasana yang seperti itu.
"Pedesaan atau kampung?" ulang Kevin. Ezra mengangguk yakin.
"Sepertinya saya tau di mana Zahra tinggal," ucap Kevin setelah berfikir mengenai ucapan Ezra.
"Syukurlah. Saya harap kamu bertemu dengannya saat dia ulang tahun," ucap Ezra menghela nafas lega.
"Kamu tau kapan ulang tahunnya?" Kevin terlihat terkejut. Dia fikir hanya dirinya yang tau.
"Tentu saja. Ulang tahunnya tiga hari lagi," ucap Ezra mengangguk cepat.
"Kamu benar," ucap Kevin tersenyum tipis. Tidak lupa dia mengatakan terima kasih.
*******
"Terima kasih sudah memperbaiki rumah saya, Pak," ucap Zahra kepada beberapa orang yang membuat rumahnya menjadi seperti dulu lagi.
"Ya, sama-sama, Za. Saya fikir kamu tidak akan tinggal di sini lagi," balas seorang pria yang berumur sekitar 40-an.
"Setelah saya fikir-fikir, saya harus tinggal di sini. Rumah ini 'kan milik orang tua saya. Jadi sayang jika tidak ditinggali," ujar Zahra yang diangguki oleh pria itu. Mereka pamit pergi, setelah itu Zahra menghela nafas dengan senyum senangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Bring Joy (TAMAT)
General Fiction*** Cerita fiksi ini menceritakan kehidupan pria berusia dua puluh lima tahun yang mempunyai hemophobia sejak usia sembilan tahun. Ketika melihat setetes darah saja, membuatnya mual dan langsung teringat kejadian menyakitkan di masa lalu. Tentunya p...