31. Dendam

23 3 0
                                    

'Emosi karena kehilangan, membuatnya harus membalas dendam. Meskipun, orang yang harus merasakan pembalasan darinya, tidak melakukan kesalahan.'

*****

"Ryan! Kamu di mana?!" teriak Clara memanggil anak keduanya. Ia menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa.

"Ada apa, Ma? Kok Mama nyari Ryan?" tanya Gian, sang anak pertama.

"Mama ke kamarnya, tapi dia gak ada," ucap Clara dengan raut wajah khawatir.

Gian terkejut, dan Fazar datang.

"Kamu liat Ryan? Seharian ini dia main sama kamu," tanya Clara menatap Fazar yang menggeleng pelan.

"Harusnya kamu tau di mana dia!" Clara malah membentaknya. Membuat Fazar terkejut.

"Mama tenang dulu, Ryan mungkin main ke luar," ucap Gian berusaha menenangkan Mamanya.

"Main ke luar ke mana? Kamu tau, Ryan gak pernah keluar rumah sendirian," ucap Clara frustasi. Ia duduk di sofa dengan Gian yang memegang lembut tangannya. Sedangkan Fazar, dia diam mematung.

"Aku cari ya, Ma," kata Gian seraya berdiri dari duduknya.

"Kamu gak usah cari Ryan. Dia yang harus cari adik kamu sampai ketemu." Clara menarik tangan anak pertamanya untuk tetap duduk.

"Tapi, Ma--

"Kamu berani bantah Mama?" tanya Clara membuat Gian menggelengkan kepalanya.

"Kamu tuli atau pura-pura tidak mendengar ucapan saya?" Clara menatap Fazar dengan tatapan tajam.

"Aku akan cari Ryan sekarang," ucap Fazar seraya mengangguk dan keluar dari rumah ini. Fazar berjalan menuju rumah Bagas, entah kenapa hatinya merasa jika Ryan bersama dengan kakaknya.

****

Empat puluh lima menit yang lalu ....

"Ayo, pulang! Sebentar lagi malam," ajak Fazar menatap Ryan yang masih asik menggambar di tembok. Mereka berdua berada di taman bermain yang cukup jauh dari rumah.

"Pulang saja sendiri, aku akan menyusul," balas Ryan tanpa menatap saudara tirinya sedikit pun. Ia asik menggambar menggunakan crayon di tembok yang sedikit lagi penuh dengan coretan akibat ulah anak-anak seumurannya.

"Tapi, kamu tidak tau jalan pulang." Ryan lantas menatapnya dengan tatapan malas.

"Apa katamu? Aku lebih lama tinggal di kawasan ini, jadi, aku tau jalan menuju rumah," jawab Ryan dengan nada penuh penekanan.

Fazar menghela nafas pelan.

"Ayo pulang!" ajak Fazar yang menarik tangan Ryan dengan paksa.

Ryan langsung menghempaskannya secara kasar. "AKU SUDAH BILANG, PULANG SAJA SENDIRI!" bentak Ryan, dia sangat emosi.

Fazar memundurkan langkah kakinya, ia meneguk ludahnya secara kasar. Hal yang membuat Fazar takut, ialah, bentakan. Fazar trauma, selama dirinya tinggal di panti asuhan, ia selalu di bentak oleh orang yang mengurusnya.

You Bring Joy (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang