'Entah itu terpaksa atau tulus. Perhatian darinya membuat seseorang tanpa sadar menyukainya.'
***********
Zahra memeras handuk kecil berwarna putih, lalu menyimpannya di dahi Kevin yang sangat panas. Hari menunjukan pukul tengah malam, ia belum tidur. Lantaran takut jika Kevin bangun dan membutuhkan sesuatu. Saat ia menatap wajah tampan Kevin yang tengah tertidur pulas, pria itu tiba-tiba memegang tangannya dengan erat.
"Ra, jangan pergi, jangan tinggalin aku." Kevin mengatakan itu dengan nada lirih, genggamannya sangat kuat. Seolah tidak ingin ditinggalkan.
Zahra memilih untuk membiarkan tangannya. Ia merasa mungkin Kevin tengah memimpikan gadis yang dia cintai. Tapi, entah kenapa, Zahra penasaran siapa 'Ra' tersebut. Zahra ingin bertanya, namun dirinya tidak berhak. Hingga, Kevin kembali diam setelah mengatakan itu ketiga kalinya. Dan bersamaan dengan rasa kantuk yang tiba-tiba datang. Zahra pun tertidur dengan tangan mereka yang saling bergenggaman.
*********
Kevin terbangun dari tidurnya, ia meraba kain yang ada di dahinya. Kevin mulai mengerti, kemarin siang, dirinya dibawa ke rumah sakit karena traumanya. Dan sekarang, Kevin demam. Pria itu pun menatap seisi kamarnya, ia terkejut melihat Zahra yang tertidur di depan tangannya yang menggenggam tangan Zahra. Kevin melepaskan tangannya secara perlahan agar tidur Zahra tidak terusik.
Kevin tersenyum tipis, ia menatap wajah Zahra yang tertidur pulas. Tanpa sadar, tangannya menyingkirkan rambut panjang Zahra yang menutupi kedua mata gadis berwajah cantik tersebut. "Andai saja, kamu Rara. Aku pasti akan berusaha untuk mencintai kqmu," gumam Kevin seraya menghela nafas pelan.
"Kamu, sangat cantik," kata Kevin lagi. Dia benar-benar tidak sadar mengatakan semua itu. Setelah sadar, Kevin terkejut. Bagaimana bisa dia mengatakan semua itu?
Kevin pun memutuskan untuk bangun dari tidurnya setelah melirik jam yang baru menunjukan pukul enam pagi. Pria yang memakai kaos berwana hitam tersebut merasa haus. Namun, saat dirinya akan bangun. Rasa pusing tiba-tiba dia rasakan. Suaranya membuat tidur Zahra terbangun, gadis dengan rambut acak acak-an itu terkejut.
"Pak, bapak baik-baik saja? Apa yang sakit?" Zahra bertanya dua pertanyaan sekaligus dengan raut wajah khawatir.
"Kepala saya terasa pusing," ucap Kevin masih memegang kepalanya.
"Lebih baik bapak tiduran lagi saja. Saya yang akan mengambil apa yang bapak inginkan." Zahra berdiri dari duduknya.
"Tidak mau. Saya tidak mau tiduran." Kevin berucap dengan nada tegas.
"Baiklah. Saya akan membantu bapak duduk," kata Zahra yang diangguki pelan oleh Kevin. Ia membantu Kevin duduk, tidak lupa memberi bantal di bahu ranjang.
"Saya haus," ujar Kevin tidak berbohong. Alasan dia bangun karena merasa haus.
"Saya akan membawa air hangat," ujar Zahra mengangguk menyetujui permintaan Kevin.
"Saya tidak mau air hangat, saya mau air dingin." Kevin menatap Zahra yang tersenyum tipis seraya menggeleng.
"Untuk saat ini. Saya tidak bisa menuruti perintah Anda soal air minum. Saya tetap akan membawa air hangat, bukan air dingin," jelas Zahra membuat Kevin terkejut. Pria itu ingin berucap lantaran tidak terima, namun Zahra sudah berjalan cepat menuju dapur.
"Kenapa bukan Mama saja yang merawatku? Kenapa harus dia?" gerutu Kevin dengan raut wajah kesal. Ia sudah tau jika mamanya akan pergi kerumah neneknya, lantaran saat mamanya akan berpamitan, Kevin bangun.
Tidak lama kemudian, Zahra datang dengan senampan air hangat dan kue. Zahra menyimpannya di meja dekat dengan Kevin. Gadis itu pun berucap, "Silakan di makan, Pak."
KAMU SEDANG MEMBACA
You Bring Joy (TAMAT)
General Fiction*** Cerita fiksi ini menceritakan kehidupan pria berusia dua puluh lima tahun yang mempunyai hemophobia sejak usia sembilan tahun. Ketika melihat setetes darah saja, membuatnya mual dan langsung teringat kejadian menyakitkan di masa lalu. Tentunya p...