'Sandiwara yang berakhir dengan kehilangan nyawa.'
********
Satu bulan telah berlalu, banyak yang berubah dalam waktu tiga puluh hari itu. Kevin selalu marah-marah tidak jelas kepada sekertaris barunya. Dia seorang wanita seumuran Zahra, bedanya dia pendiam dan gila kerja. Berbeda dengan Zahra yang menurutnya banyak bicara dan santai. Kevin seperti memiliki teman, namun Zahra hanya bertahan empat bulan. Sampai sekarang Kevin belum bertemu dengan gadis itu dan tidak tau bagaimana kabarnya. Langkah kakinya terhenti tepat di depan rumah Zahra.
"Pak Kevin?" tanya Zahra saat melihat punggung pria yang hanya memakai kemeja berwarna putih.
Kevin langsung membalikan badannya, dia menatap Zahra dari atas sampai bawah. Gadis berwajah cantik itu, belum berubah sedikitpun. Senyum tipisnya terlihat jelas dibibirnya. Zahra malah bingung, kenapa mantan atasannya datang ke rumahnya?
"Apa pekerjaan baru kamu?" Bukannya menanyakan kabar, Kevin malah bertanya pekerjaan barunya.
"Apa itu penting bagi Anda?" tanya Zahra menatap Kevin dengan raut wajah serius. Biasanya gadis itu selalu menampilkan senyum ramahnya.
"Apa susahnya menjawab pertanyaan dari saya?" balas Kevin sama halnya menampilkan raut wajah serius.
"Dan saya juga ingin tau, pekerjaan baru saya penting bagi Anda?" Mungkin karena Zahra tidak lagi bekerja dengan Kevin, dirinya selalu tidak mau kalah berdebat.
"Tidak. Lupakan saja," kata Kevin. Tatapannya tajam, nadanya terdengar malas.
Zahra mengangguk paham. Hari menunjukan pukul delapan malam. Dia baru pulang bekerja. Suasana hening sesaat, hingga Zahra membuka suaranya.
"Bagaimana sekertaris baru Anda?" tanya Zahra penasaran.
"Lebih baik dari kamu," ucap Kevin dengan nada santai.
Zahra terkejut, namun satu detik kemudian tersenyum ramah.
"Syukurlah. Anda pasti nyaman bekerja dengannya," katanya membuat Kevin berdehem pelan.
"Tentu saja." Kevin tersenyum simpul.
"Jadi, apa tujuan Anda datang ke rumah saya?" tanya Zahra ingin tau.
"Saya ... tidak sengaja melewati rumah kamu," balas Kevin dengan nada gugup.
Kedua mata Zahra langsung menyipit. "Melewati? Tapi Anda menaiki puluhan tangga." Gadis itu menunjuk puluhan tangga untuk sampai di depan rumahnya.
Kevin mengangguk pelan seraya menatap langit yang terlihat banyak bintang-bintang. Zahra menatapnya masih dengan tatapan bingung, dia tidak mengerti. Kevin pun berucap, "Saya berbohong. Saya sengaja datang ke rumah kamu." Pria itu menatap Zahra dengan senyum tipis namun manis.
"Apa? Kenapa?" Zahra terkejut sekaligus ingin tau.
"Karena saya merindukan kamu," ungkap Kevin membuat kedua bola mata Zahra membola.
"Kamu tidak merindukan saya?" tanya Kevin menatap Zahra yang langsung menundukan kepalanya seraya memainkan jemarinya.
********
Dua jam yang lalu ....
Dua orang pria tengah mengobrol seraya menyesap rokok. Mereka berada di sebuah ruangan tempat teman-temannya berkumpul. Hanya ada Fazar dan Angga, lantaran yang lainnya sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Awalnya suasana hening, hingga Fazar membuka suaranya.
"Kamu belum mengatakannya kepada Zahra, 'kan?" tanya Fazar penasaran.
"Belum," balas Angga seraya menyalakan ponselnya untuk melihat jam.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Bring Joy (TAMAT)
General Fiction*** Cerita fiksi ini menceritakan kehidupan pria berusia dua puluh lima tahun yang mempunyai hemophobia sejak usia sembilan tahun. Ketika melihat setetes darah saja, membuatnya mual dan langsung teringat kejadian menyakitkan di masa lalu. Tentunya p...