'Rasa penasaran, terkadang membuat seseorang tertekan.'
************
"Mama? Mama kok ada di sini?" tanya Kevin terkejut sekaligus bingung melihat ibunya yang memasuki ruangannya.
"Mama mau kasih makanan," ucap Desi seraya duduk di sofa.
"Aku udah sarapan. Mama mending pulang aja," suruh Kevin seraya berjalan mendekati Desi yang langsung menatapnya dengan tatapan tajam.
"Mama mau kasih makanan ini bukan buat kamu," ujar Desi, "kamu gak suka Mama di sini?"
"Terus buat siapa?" tanya Kevin bingung, "bukan gitu, Ma."
"Buat Zahralah. Dia di mana, ya? Tadi Mama liat di ruangannya, gak ada siapa-siapa," ujar Desi menatap Kevin yang langsung menghela nafas dengan raut wajah malas.
"Dia pasti udah sarapan kok. Gak tau. Udah Mama mending pulang aja, aku anter deh," suruh Kevin kepada mamanya dengan senyum manisnya.
"Kamu itu kenapa sih? Kayak gak suka mama disini," kata Desi menatap putra bungsunya dengan tatapan bingung.
"Aku bukannya gak suka mama disini. Aku cuma males dengar ucapan mama kalo datang ke sini. Mama pasti banding-bandingin aku sama karyawan yang udah nikah." Kevin jujur.
"Nggak kok. Mama nggak akan banding-bandingin kamu lagi," balas Desi kepada Kevin yang sepertinya tidak percaya mendengar ucapannya. "tolong, panggilin Zahra dong. Suruh dateng ke sini."
Kevin tidak ada pilihan lain, ia pun memanggil sekertarisnya untuk datang ke ruangannya. Awalnya dirinya akan kembali bekerja, namun mamanya menyuruhnya untuk duduk di sofa seraya menunggu kedatangan Zahra. Beberapa detik kemudian, Zahra pun datang dan terlihat terkejut melihat Desi yang tersenyum hangat kepadanya.
"Selamat pagi, Bu," sapa Zahra menampilkan senyum ramahnya.
"Pagi juga, Zahra," balas Desi membuat Zahra mengangguk.
"Kamu pasti belum sarapan, ya?" tebak Desi membuat Zahra terdiam sesaat, pertanyaan dari wanita itu memang benar.
"Belum, kan? Ibu tau kamu belum sarapan. Soalnya, kamu harus pergi pagi banget ke rumah Kevin. Jadi gak sempet buat sarapan." Kesimpulannya membuat Zahra dan Kevin langsung menatapnya.
"Harus di makan, ya," suruh Desi seperti seorang ibu kepada anaknya.
"Iya, bu. Terima kasih banyak." Zahra merasa tidak enak, namun akan lebih tidak enak jika menolak.
Desi mengangguk. Ia pun berdiri dari duduknya, lalu wanita itu berucap, "Mulai besok, kamu harus liat Zahra sarapan. Berangkat bareng, dan antar dia pulang. Berani nolak, sekarang juga mama jodohin kamu sama Siska."
Kevin langsung menatap mamanya dengan tatapan tidak terima. Ia pun berujar, "Kok Mama gitu sih?"
"Yaudah, mama hubungi Siska sekarang," ucap Desi seraya mengambil ponselnya. Kedua bola mata Kevin membulat seketika.
"Jangan, Ma!" suruh Kevin kepada Desi yang tersenyum tipis. "Iya, iya. Aku bakal berangkat bareng sama dia, terus antar dia pulang." Kevin memilih pasrah.
"Bagus. Ini baru anak mama," kata Desi seraya mengusap lembut kepala Kevin. "kalo gitu, Ibu pulang dulu. Jangan lupa di makan, ya." Desi menatap Zahra dengan senyum hangatnya. Gadis cantik itu mengangguk. Desi pun keluar dari ruangan Kevin, meninggalkan Kevin dan Zahra yang langsung menatap satu sama lain.
"Jangan-jangan kamu sengaja gak sarapan biar sakit, terus tinggal sama saya?" tuduh Kevin menatap Zahra dengan tatapan curiga.
Zahra tentunya terkejut mendengar tuduhan dari atasannya. Ia menggeleng, lalu berucap, "Tidak, Pak. Saya tidak pernah berfikir untuk melakukan itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
You Bring Joy (TAMAT)
General Fiction*** Cerita fiksi ini menceritakan kehidupan pria berusia dua puluh lima tahun yang mempunyai hemophobia sejak usia sembilan tahun. Ketika melihat setetes darah saja, membuatnya mual dan langsung teringat kejadian menyakitkan di masa lalu. Tentunya p...