36. Mogok

18 2 0
                                    

'Sebenarnya, bukan keinginanku untuk pergi ke pantai. Itu keinginannya yang belum terlaksanakan. Tapi, malah gagal. Kufikir dia akan kecewa, namun kulihat dia bahagia bisa kembali ke desa tempat dia tumbuh saat remaja.'


******

"Pak, sebenarnya kita akan pergi kemana? Jalan menuju kantor berbeda," tutur Zahra bingung. Dia tidak mengendarai, lantaran Kevin menyuruhnya untuk duduk di sampingnya.

"Kita akan pergi ke pantai," balas Kevin dengan santai.

"Apa?!" Zahra sangat terkejut. Lalu dia bertanya, "Apa sepagi ini, Pak?" Zahra melihat jam yang berada di pergelangan tangannya. Jam menunjukan pukul enam pagi.

Kevin berdehem. "Saya ingin melihat matahari muncul," balasnya seraya melirik sekilas gadis berpakaian rapi itu.

"Tapi, kenapa harus dengan saya?" Zahra menatap atasannya, raut wajahnya terlihat bingung.

"Memangnya kamu tidak mau menemani saya?" tanya Kevin. Kedua matanya menyipit.

"Ti-tidak. Bukan begitu, Pak. Saya cuma bingung aja," jawab Zahra seraya menggelengkan kepalanya.

"Lalu karena apa?" tanya Kevin penasaran.

Zahra menundukan kepalanya sekejap seraya berfikir alasan yang masuk akal. Dia pun mendongak, menatap Kevin dengan senyum ramahnya. "Saya belum mempersiapkan sesuatu, Pak."

"Sesuatu apa?" Kevin semakin penasaran.

"Makanan, pakaian, dan juga ... saya belum memberitahu Dinda. Dia pasti mencari saya," balas Zahra dengan nada gugup. Ia tentunya berbohong, dirinya hanya belum siap jika harus berpergian dengan Kevin ke pantai.

"Jangan khawatir. Saya sudah menyiapkan, makanan, pakaian, dan juga saya sudah bilang kepada Dinda. Jika kamu akan pergi dengan saya," kata Kevin menampilkan senyum tipisnya. Zahra tercengang, dia pun memilih untuk menganggukan kepalanya.

'Sreet!'

"Apa ini? Kenapa berhenti?" gumam Kevin heran. Dia pun keluar dari mobilnya, disusul dengan Zahra yang kebingungan.

Kevin berdecak kesal. Ban mobilnya tertancap paku,  Zahra juga melihatnya. Gadis itu terkejut. Kevin langsung mengambil ponselnya dari saku celananya. Dia menghubungi Galang, namun, teman dekatnya itu tidak mengangkatnya. Kevin berfikir, pasti Galang belum bangun. Kevin hendak menghubungi temannya yang bekerja di bengkel, namun ponselnya malah mati.

"Boleh saya pinjam ponsel kamu?" tanya Kevin menatap Zahra yang langsung mengangguk.

Zahra membuka tas berukuran sedang, raut wajahnya berubah menjadi panik.

"Ada apa?" tanya Kevin bingung.

"Sepertinya ponsel saya ketinggalan, Pak," jawab Zahra dengan raut wajah merasa tidak enak.

Kevin langsung menghela nafas kasar.

"Kamu tau kita ada dimana?" tanya Kevin. Ia berharap Zahra mengetahui tempat ini. Dirinya baru datang pertama kali ke sini.

"Kita berada di pedesaan tempat nenek saya tinggal," jawab Zahra jujur.

"Apa ada bengkel terdekat?" tanya Kevin lagi.

Zahra menggeleng pelan. "Tidak ada, Pak. Karena warga di desa ini jarang mempunyai kendaraan mobil atau motor. Jadi, tidak ada bengkel."

"Apa? Sungguh tidak ada bengkel satu pun di desa ini?" tanya Kevin terkejut.

Zahra menganggukan kepalanya. Kevin diam sesaat, dia berfikir harus melakukan apa. Tanpa diminta, hujan turun dengan lebat. Mereka berdua terkejut. Ternyata memang benar, pagi ini turun hujan. Kemarin, Kevin hanya asal mengatakan itu.

You Bring Joy (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang