'Menceritakan fakta yang sebenarnya, terkadang membuat hatinya sakit dan tidak menerima fakta itu.'
*******
Zahra menundukan kepalanya seraya memainkan jemarinya. Sementara Angga terus menatapnya dengan tatapan bingung. Pria itu datang ke rumah adiknya sekitar sepuluh menit yang lalu. Dari tadi, Zahra tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Angga tentunya bingung, biasanya Zahra selalu tersenyum kepadanya.
"Kenapa dari tadi kamu terus nunduk?" tanya Angga membuat Zahra menghela nafas pelan seraya menggelengkan kepalanya.
"Aku kakak kamu loh. Atau karena kamu benci banget sama aku, makanya gak mau liat wajah aku, gitu?" tebak Angga membuat Zahra terpaksa menatapnya.
"Nggak. Bukan gitu," elak Zahra membuat Angga membulatkan kedua matanya.
"Semalam kamu nangis? Mata kamu bengkak." Setelah sekian lama Angga melihat Zahra menangis.
Zahra diam, dia memang menangis setelah pulang dari rumah Kevin.
"Siapa orang yang udah buat kamu nangis?" tanya Angga penasaran. Biasanya Zahra menangis karena hal besar.
"Bukan ulah siapa-siapa kok. Aku nangis gara-gara nonton film," bohong Zahra membuat Angga berdecak.
"Kamu bodoh soal berbohong," ucap Angga menatap Zahra yang kembali menundukan kepalanya.
"Kakak mau minta maaf sama kamu." Ucapannya membuat Zahra menatapnya dengan tatapan bingung.
"Minta maaf karena apa?" tanya Zahra bingung. Lantaran, Setelah sekian lama, Angga meminta maaf kepadanya.
"Karena sifat kakak dari dulu sampai sekarang. Kakak udah ninggalin kamu, nyakitin kamu, bahkan nyuruh kamu buat bayarin utang kakak. Kakak minta maaf sama kamu atas semuanya. Maafin kakak, ya," jelas Angga mengatakan apa yang ingin dia katakan dari dulu. Dan sekarang adalah waktu yang tepat.
"Aku udah maafin kakak kok," balas Zahra dengan senyum manisnya. Angga sudah menduganya, lantaran adiknya itu memiliki hati yang lembut.
"Makasih, Za. Kakak janji akan menebus kesalahan kakak." Angga yakin dengan ucapannya.
Zahra menganggukan kepalanya. Ia senang mendengar ucapan sang kakak dan berharap dia tidak akan menyakiti hatinya lagi.
"Mau pergi ke makam nenek nanti sore?" tawar Zahra, karena dirinya belum pernah mengunjungi makam neneknya dengan Angga.
"Oke. Kita pergi bersama. Sekalian, ke makam mama sama papa. Kakak udah lama gak ke sana," ucap Angga setelah mengangguki tawaran adiknya.
Zahra mengiyakan. Dia pun bertanya, "Nenek gak pernah bilang kenapa mama bisa meninggal. Kakak tau?" Zahra ingin tau.
"Kakak tau. Nenek gak bilang sama kamu, karena waktu itu kamu masih kecil," ujar Angga menatap Zahra yang mengangguk-anggukan kepalanya paham.
"Memangnya kamu tau kenapa papa bisa meninggal?" tanya Angga memastikan jika neneknya tidak berbohong saat mengatakannya kepada Zahra.
"Papa meninggal karena sakit. Nenek bilang gitu," kata Zahra ingat jelas ucapan neneknya saat ia berusia sepuluh tahun.
Angga menghela nafas pelan. Sudah dia duga, neneknya berbohong. "Kamu dibohongi. Papa meninggal bukan karena sakit." Zahra sontak terkejut.
"Terus, kenapa Papa meninggal?" tanya Zahra penasaran. Dia tidak menyangka Neneknya membohonginya.
Angga menundukan kepalanya sekejap, dia pun berucap, "Papa sama Meninggal karena sama-sama dibunuh oleh penculik." Zahra semakin terkejut, bahkan dia menutup mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Bring Joy (TAMAT)
General Fiction*** Cerita fiksi ini menceritakan kehidupan pria berusia dua puluh lima tahun yang mempunyai hemophobia sejak usia sembilan tahun. Ketika melihat setetes darah saja, membuatnya mual dan langsung teringat kejadian menyakitkan di masa lalu. Tentunya p...