'Ketika lisan dan perasaan mengatakan hal yang berbeda.'
***********
Setelah selesai menyuapi Kevin, Zahra menepuk dahinya pelan. Membuat pria itu menatap Zahra dengan raut wajah bingung. Zahra pun berucap, "Saya lupa bilang makasih sama Ezra."
"Untuk apa kamu mengatakan terima kasih kepadanya?" tanya Kevin penasaran.
"Ezra sudah membawa pakaian ganti saya, Pak," kata Zahra membuat Kevin mengangguk paham.
Tanpa Zahra ketahui, Kevin menyembunyikan ponsel Zahra ke bawah selimutnya.
"Pak, liat ponsel saya gak? Seingat saya, saya menyimpannya di samping bapak," tanya Zahra tengah mencari ponselnya.
"Entahlah. Saya tidak melihatnya," balas Kevin seraya menarik selimut hingga dadanya.
"Oh, gitu. Pak, boleh pinjam ponsel bapak sebentar?" tanya Zahra menatap Kevin dengan tatapan memohon.
"Untuk apa?" tanya Kevin bingung.
"Saya ingin mengirim pesan kepada Ezra," ujar Zahra membuat Kevin langsung mematikan ponselnya di bawah selimutnya.
"Ponsel saya mati." Kevin memperlihatkan ponselnya kepada Zahra yang terlihat mengangguk pelan.
"Menurut saya, kamu berterima kasihnya besok saja," lanjut Kevin menatap Zahra yang hendak menyimpan mangkuk ke dapur. Gadis itu mengangguk setuju.
"Akh," aduh Kevin seraya memegang kepalanya yang memang terasa sangat sakit. Zahra lantas membalikkan badannya, dia langsung berlari mendekati Kevin yang hendak berdiri namun tidak jadi.
"Bapak mau ke mana?" tanya Zahra seraya memegang bahu Kevin.
"Saya ingin mandi," jawab Kevin kembali duduk di ranjang.
"Maaf, Pak. Bapak tidak bisa mandi dulu," ucap Zahra membuat Kevin bingung.
"Kenapa?" tanya Kevin.
"Kata Dokter, Bapak belum bisa mandi jika Bapak masih demam," jelas Zahra mengatakan yang sebenarnya.
"Memangnya saya masih demam? Saya hanya merasa pusing," tutur Kevin membuat Zahra semakin mendekatinya.
"Maaf, Pak. Mungkin saya tidak sopan," ujar Zahra membuat Kevin bingung. Zahra ternyata memegang dahinya dengan lembut. Kevin tentunya terkejut, jantungnya berdegup dengan sangat kencang.
"Bapak masih demam. Mungkin nanti sore, bapak bisa mandi." Zahra tidak lagi memegang dahi Kevin.
"Tapi, saya ingin cuci muka," pinta Kevin menatap Zahra yang mengangguk setuju.
"Saya akan membawa handuk basah," ujar Zahra hendak pergi ke kamar mandi, namun Kevin tiba-tiba memegang pergelangan tangannya.
"Kenapa tidak langsung air?" tanya Kevin ingin tau.
"Saya takut, Bapak akan demam lagi." Zahra menatap Kevin dengan raut wajah merasa bersalah. Pria itu pun melepaskan tangan yang memegang pergelangan tangannya.
Zahra pun pergi ke kamar mandi untuk membawa handuk basah. Setelah itu, Zahra datang seraya membawa satu wadah berukuran sedang dan handuk berwarna putih. Airnya hangat. Zahra pun menyimpannya di meja, ia memasukan handuk itu lalu memerasnya.
"Tidak usah. Saya bisa sendiri," cegah Kevin saat Zahra akan mengusap wajah tampannya dengan handuk itu.
"Bapak bilang, tangan Bapak sakit," ucap Zahra menatap Kevin yang langsung membiarkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Bring Joy (TAMAT)
General Fiction*** Cerita fiksi ini menceritakan kehidupan pria berusia dua puluh lima tahun yang mempunyai hemophobia sejak usia sembilan tahun. Ketika melihat setetes darah saja, membuatnya mual dan langsung teringat kejadian menyakitkan di masa lalu. Tentunya p...