30. Flashback

19 4 0
                                    

'Semuanya pasti berawal dari sebab, lalu berakhir dengan akibat. '

*********

06 Maret 2012

'PLAK!'

Seorang pria parubaya menampar keras pipi laki-laki yang masih memakai seragam Sma-nya. Dia hanya bisa menundukkan kepalanya, dan menyimpan kedua tangannya di belakang. Lalu, laki-laki yang memakai setelan rapi itu hanya bisa menatap adiknya dengan tatapan kasihan. Namun, wanita yang berada di sampingnya malah tersenyum sinis.

"Sebenarnya, apa yang kamu lakukan selama ini? Satu bulan lagi, ujian kelulusan, dan nilai kamu semakin menurun. Jika terus seperti itu, kamu tidak akan bisa masuk ke fakultas kedokteran," ucap Radit seraya menodongkan kayu tepat di dagu anak bungsunya.

"Aku minta maaf, Pa," balas Fazar tanpa melihat wajah ayahnya yang sangat marah kepadanya.

"Maaf? Menurut kamu kata maaf bisa merubah segalanya?" tanya Radit, Fazar langsung diam.

"Mulai sekarang, Papa tidak akan mengizinkan kamu keluar dari rumah," lanjut Radit dengan nada serius. Fazar sontak membulatkan kedua matanya.

"Tapi, Pa--

"Kamu mau nolak?" tanya Radit, "silakan. Tapi, Papa akan bilang kepada teman-teman kamu. Kalo kamu itu anak yatim piatu."

Sontak, Fazar semakin terkejut dibuatnya. Dia menggeleng cepat seraya berlutut tepat dihadapan ayah angkatnya. "Jangan bilang itu sama teman-teman aku, Pa. Baiklah, aku akan menuruti perintah Papa," ucap Fazar menatap sepatu ayahnya. Nadanya terdengar lirih.

Radit tersenyum sinis. Ancamannya selalu membuat Fazar mengiyakan semua ucapannya. Dia pun kembali berucap, "Papa gak mau tau. Kamu harus  masuk fakultas kedokteran seperti Gian."

Fazar menghela nafas pelan. Ia pun menganggukan kepalanya. Setelah itu, Radit dan Clara pergi meninggalkan dua orang pria. Fazar berdiri, ia hendak pergi. Namun tidak sengaja melihat Gian yang menatapnya masih dengan tatapan kasihan. Fazar berdecak malas, raut wajahnya kembali menjadi datar.

"Aku sangat membenci tatapanmu," ucap Fazar kepada Gian yang langsung menundukkan kepalanya. Pria berseragam Sma itu pun pergi menuju kamarnya untuk belajar.

"Semenjak kamu pergi, mereka berubah. Tidak. Semuanya berubah," gumam Gian dengan kedua mata yang memerah. Ia menghembuskan nafas panjang, lalu berjalan memasuki kamarnya.

******

19 tahun yang lalu ....

"Bolehkah aku ikut denganmu?" tanya Fazar seraya menarik ujung kaos Bagas yang hendak pergi.

"Kenapa kamu ingin ikut denganku?" Bagas malah bertanya karena penasaran.

"Aku tidak nyaman tinggal di sini," ucap Fazar seraya menatap bangunan yang cukup luas bertulisan panti asuhan.

"Kenapa? Teman-temanmu menganggumu?" tanya Bagas seraya berjongkok dan memegang bahu Fazar dengan lembut.

Fazar menggeleng, ia pun menarik kaosnya. Bagas terkejut melihat luka lebam di tubuh anak kecil berusia tujuh tahun itu.

"Apa yang terjadi? Siapa yang melakukan ini padamu?" tanya Bagas masih dengan raut wajah terkejutnya.

"Mereka." Fazar menunjuk foto yang terpanjang di dekat pintu masuk panti asuhan.

"Apa?! Mereka?!" Bagas sangat terkejut saat Fazar menunjuk empat orang dewasa yang tidak lain adalah pengurus panti asuhan milik ayahnya.

Fazar mengangguk pelan.

You Bring Joy (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang